Sekelumit Kisah Guru
Oleh: Guru Ilman Jayadi, Kontributor
Pagi itu saya coba bangun jam 03,00 WITA dan mengambil air wudu untuk bermunajat kepada Sang Maha agar semua aktivitas tercatat sebagai ibadah disisinya,setelah kurang lebih dua jam lamanya terdengar terahim tandanya mau azan subuh lalu kemudian bergegas lagi untuk melaksanakan sholat subuh usai sholat subuh tak lupa membaca ayat2 al-qur`an berapa lembar saja.
Setelah itu saya persiapkan segala sesuatu keperluan mengajar,mulai dari perangkat mengajar, laptop, spidol, dan media lainnya jam sudah menunjukkan 06,30 artinya 30 menit lagi saya harus berangkat, waktu yang 30 menit saya gunakan untuk sarapan minum secangkir kopi menghangatkan badan,hangatkan sepeda motor. Dan akhirnya jam menunjukkan 7,00 saya harus berangkat dengan sepeda motor melaju kencang karena 1,5 km jalan sudah tidak aspal lagi jalan yang bebatuan saya terjal karena jarak dari rumah ke sekolah kurang lebih 3km.
Setelah beberapa menit berlalu sampailah saya di sekolah dan disambut dengan sorakan siswa/i “pak guru dataaaang” belum saja tangan terlepas dari stang sepeda motor tangan sudah ditarik-tarik untuk salaman, beberapa menit kemudian anak-anak segera masuk kelas untuk mengikuti pelajaran tak lama kemudian siswa terdengar sepi saya bergegas ke ruang kelas tak lupa pula disambut dengan ucapan selamat datang pak guru lalu kemudian tanpa komando dari guru ketua kelas pimpin doa sebelum pelajaran dimulai, setelah itu saya bertanya kabar, kabar orang tua, tanya sarapannya apa lalu kemudian menanyakan semangat mereka mengikuti pelajaran, secaran serentak mereka menjawab “pagi…pagi….pagi”. Luar biasa tak lupa ecbriking kali ini ecbrikingnya menyebut nama hewan ataupun binatang ternak yang mereka miliki dirumahnya masing-masing namun yang sesuai dengan huruf-huruf namanya yang salah kasih hukuman menyanyikan lagu-lagu wajib yang dihafal.
Pelajaran dimulai di awal anak-anak semangat belajarnya luar biasa namun setelah 30 menit ke depan kadang banyak yang tidak memperhatikan ada yang mau bermain,kadang pula banyak alasan untuk keluar karena mungkin model ataupun tipe anak berbeda-beda jadi solusinya adalah yaitu yang tipe belajarnya kinestetik, auditori dan visual dikelompokkan sehingga model pembelajarannya berbeda salah satu contohnya yang tipe kinestetik saya berikan permainan AJAIB (Ayo aJak Aku Ikut Bermain) kemudian yang tipe visual saya berikan buku atau kalau ada LCD saya tanyangkan bisa juga saya gabungkankan dengan tipe belajar auditori sehingga pembelajaran berjalan dengan menyenangkan, dan jika mereka keliatan bosan di kelas maka mereka saya ajak untuk belajar di alam terbuka, apalagi saat ini kurikulum merdeka belajar sesekali ajak anak untuk bazar di sekolah dengan membawa menu hasil karya sendiri di rumah tak lupa juga bazar ini adalah sebuah pelajaran yang menyenangkan bagi adik-adik yaitu “MARBEL” Mari Belajar Sambil Bermain. Salah satu yang membuat peserta didik tidak betah dalam kelas juga adalah media dan display kelas entah itu display media pembelajaran, afirmasi, aturan kelas, petugas nyapu dan agar anak-anak juga senang saya libatkan membuatnya. Terkadang yang terjadi juga dalam pembelajaran adalah buku paket siswa namun cara mengatasi itu semua saya mengunduh dan perinkan karena akses fotokopi jauh yang jelas sejauh ini apapun yang tidak ada di kelas untuk suatu pembelajaran saya harus membuatnya dari apa yang ada istilah pepatah “TIDAK ADA ROTAN AKARPUN JADI”; sekarang saya berpikir bagaimana anak-anak ini bisa mengimbangi sekolah di kota sana yang serba lengkap sarana dan prasarannya karena zaman dunia digital untuk belajar sudah barang tentu sementara di desa akses internetpun masih kurang, saya sebagai guru tak putus-putusnya berharap, gadget, laptop sekolah yang ada dipergunakan walaupun antri sekadar untuk mengakses pelajaran yang mengharuskan anak-anak untuk terlibat di dalamnya.
Mengajar harus banyak bersabar, guru kadang selalu disalahkan orang tua murid, sementara orang tua murid tidak tahu bagaimana susah anaknya dididik guru, guru berpikir untuk bagaimana peserta didiknya bisa sukses . Waaah kelas saya jadi terlupakan setelah pelajaran mau berakhir saya ajak anak-anak untuk mereflleksi kembali pelajaran yang sudah berlangsung, bersama-sama menyimpulkan dan menutup pembelajaran namun sebelum itu anak-anak saya tanya bagaimana kesannya belajar hari ini sorak sorai menjawab “senaaaang pak guru”, selanjutnya sebelum keluar ataupun pulang tak lupa saya berikan mereka saran untuk selalu belajar walaupun di rumah. Berhenti memberikan pekerjaan rumah karena pekerjaan rumah kerapkali selalu dibantu orang tua mengerjakannya bukan hasil pemikiran mereka yang harus diberikan adalah project sederhana misalnya membuat tempat polpel melalui botol bekas naaah kalau hal seperti itu pasti pekerjaan rumah menyenangkan berbagai macam kreasi anak-anak. Akhir kisah banggalah jadi seorang guru, guru adalah pahlawan bangsa, guru adalah pilar terbaik bangsa ini.
Saya bangga menjadi guru.