Saatnya Ciptakan Kesadaran Investasi di Tengah Masyarakat

Saatnya Ciptakan Kesadaran Investasi di Tengah Masyarakat

Oleh: Muhammad Yahya Ayyasy Alhaafizh, True Health Consultant, Kontributor

Kukkuruyuk..

Habis gelap, terbitlah terang. Suara ayam bersautan di seantaro negeri. Tanda dunia sudah pagi. Anak-anak berseragam merah putih berangkat menuju sekolah, ada yang didampingi orang tuanya ada juga yang sendiri.

Anak-anak… ibu guru mau bertanya.. rajin pangkal?? Sukses. Menambung pangkal..?

Serentak seisi kelas menjawab, “Kaya bu guru..”

Begitulah persepsi yang dibangun selama ini. Ketika menabung menjadi cara untuk menjadi kaya. Namun nyatanya, sistem pendidikan mulai dari jenjang Sekolah Dasar hingga jenjang universitas hampir tidak ada mata pelajaran yang mengajarkan peserta didiknya mengenai kecerdasan keuangan, sehingga opsi menjadi kaya raya adalah suatu kemustahilan untuk dicapai bagi sebagian besar orang. Bahkan dapat dikatakan bahwa kecerdasan keuangan lebih tabu dibahas ketimbang kecerdsan reproduksi yang sudah diajarkan sejak kelas tiga Sekolah Dasar. Kondisi tersebut terus terjadi secara turun-temurun, dari generasi ke generasi. Hasilnya, lembaga pendidikan telah berhasil menghasilkan banyak kaum pekerja, bergabung bersama satu juta pencari kerja untuk mendapatkan posisi aman perusahaan. Lalu, bagaiamana yang tidak kebagian?

Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal tahun 2019 merilis kondisi ketenagakerjaan Indonesia per Februari 2019. Data menunjukkan angka pengangguran turun menjadi 5,01 persen atau berkurang 50 ribu orang selama satu tahun terakhir. Tingkat penggangguran terbuka (TPT) per Februari 2019 berjumlah 6,82 juta orang. Kendati secara agregat angka pengangguran menurun, tapi dilihat dari tingkat pendidikannya lulusan diploma dan universitas makin banyak yang tidak bekerja, yakni pada tingkat Diploma, yang semula 6,4% menjadi 6,9%. Artinya  naik 8,5%. Sedangkan pada jenjang universitas yang semula 5% menjadi 6,2%, yang artinya naik 25%. Tentu jika hal ini terus berlanjut, bonus demografi Indonesia dalam beberapa tahun ke depan menjadi tanda tanya, apakah akan menjadi anugrah atau malapetaka.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan bahwa saat ini tingkat literasi masyarakat Indonesia baru mencapai 4,4%. Di waktu yang bersamaan, sebagian masyarakat Indonesia mulai memahami pentingnya investasi dalam kehidupan. Sebab, mereka sadar bahwa menimbun uang di bank tidak akan membuahkan hasil yang maksimal, yang ada justru penurunan nilai mata uang yang disebabkan oleh inflasi yang terjadi setiap tahunnya. Maka, dewasa kini, pemerintah melalui mitra-mitranya menggalakkan edukasi-edukasi mengenai pentingya investasi bagi masa depan.

Berdasarkan catatan Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SKNI) yang telah dicanangkan sejak 2016, target inklusi keuangan pada akhir tahun 2019 ini ditargetkan sebesar 75%. Tingkat inklusi keuangan di Indonesia berkembang pesat, dari 49% pada 2017. Kini OJK mencatat keterjangkauan masyarakat mengakses layanan keuangan sudah lebih dari 75%. Salah satu program yang dikampanyekan oleh OJK adalah Yuk Nabung Saham!

Tuhan Yang Maha Kuasa menghamparkan kekayaan alam yang luar biasa besar di bumi Nusantara. Namun, untuk mengeksploitasinya, tidak diperkenankan dilakukan secara individu, karena berpotensi munculnya ketidakadil dalam mengelolalnya. Maka, menurut undang-undang yang berlaku, pihak yang berhak untuk mengeksploitasi kekayaan alam adalah perusahaan, dimana masyarakatnya memiliki hak menikmati hasil eksploitasi tersebut dari wadah yang bernama pasar modal. Mari perhatikan setiap produk dan jasa yang kita lihat dari bangun tidur hingga tidur lagi, seperti jam, makanan, kendaraan, peralatan rumah, hingga ke bagain dapur dan kamar mandi. Tidak dipungkiri, perusahaan-perusaahan besar yang telah banyak masuk ke dalam kehidupan kita atas hasil eksploitasi alam yang dilakukannya. Itu artinya pasar dari bisnis perusahaan tersebut sangatlah luas dan menjanjjikan.

 Dahulu masyarakat yang perannya hanya sebatas sebagai penonton korporasi raksasa beroperasi di bumi Indonesia, kini saatnya juga beralih sebagai penikmat alias pemain dari agenda besar pemanfaatan kekayaan alam yang Tuhan telah berikan. Itulah tujuan adanya pasar modal, yakni untuk memberikan keadilan dan kesejahteraan kepada masyarakat yang merata, tidak hanya pada pihak pengelola. Secara terperinci, pasar modal bekerja untuk mempertemukan pihak yang membutuhkan dana jangka panjang dan pihak yang membutuhkan sarana investasi pada instrumen finansial (saham, obligasi, reksa dana dan lain-lain). Adapun manfaat pasar modal bagi masyarakat dapat membuka lapangan pekerjaan, bagi investor sebagai sarana investasi (capital gain, deviden, dan suara RUPS), bagi emiten penyebaran kepemilikan ke seluruh lapisan masyarakat, bagi pengusaha sumber pembiayaan, bagi negara keterbukaan dan profesionalisme hingga pengelolaan iklam usaha yang sehat. Jika ada yang bertanya kenapa harus investasi di pasar modal, maka setidaknya ada 3 jawaban, yakni: 1) mudah, 2) modal terjangkau, 3) mampu menutupi laju inflasi negara.

Sebagai contoh kasus bahwa inevstasi di pasar modal itu menjanjikan, pada tahun 1995, PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel) melakukan penawaran umum perdana/Initial Public Offering (IPO) dengan nilai Rp. 2.050. Kemudian pada tahun 2004 menjadi Rp. 8.350 dan melakukan stock split 1:2 menjadi Rp. 4.175. Pada tahun 2013 nilainya Rp. 10.000, juga melakukan stock split 1:5 menjadi Rp. 2000, sehingga nilai aset perusahaan tersebut yang semula pada tahun 1995 adalah Rp. 19 triliun, berkat bantuan aktivitas pasar modal pada tahun 2019 menjadi Rp. 406 triliun. Kita meihat ada peningkatan kekayaan di sana.. Bayangkan jika 0,5% atau 1% Anda memiliki saham PT. Telkom, tentu bukan angka yang kecil.

Seorang investor Indonesia yang terkemuka, bahkan sosoknya dijulukkan sebagai “Warrant Buffet-nya Indonesia”, Bapak Lo Kheng Hong pernah berkata, “Ada saatnya ketika tidak mengerjakan apa pun merupakan suatu bentuk kecerdasan investasi. Investor yang bijak dapat menghasilkan  uang ketika dia tidur. Tidur adalah jalan untuk meraih kekayaan. Tidak bertindak adalah sesuatu tindakan yang bagus jika kita sudah memiliki saham perusahaan yang hebat. Harta karun zaman now itu bukan berada di dasar laut tetapi di pasar modal.”

Sebagai penutup dari tulisan ini, penulis ingin mengutip pesan yang bagus dari Presiden Joko Widodo saat ia berkunjung ke main hall Bursa Efek Indonesia pada tahun 2018, “Kita ciptakan kesadaran investasi di tengah masyarakat luas, sehingga kita tidak menjadi budak konsumerisme. Jadilah masyarakat yang berproduksi dan paham investasi yang sehat.”

Selamat mencoba. Selamat berinvestasi. Selamat menjadi kaya. Karena kaya adalah suatu kepastian bagi mereka yang mengetahui caranya dan memiliki kesempatannya.

 

 

Slide

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *