Rumusnya: Semakin Banyak Membaca, Semakin Bagus Kita Menulis.

Rumusnya: Semakin Banyak Membaca, Semakin Bagus Kita Menulis.

 

Bogor – Andi Ahmadi, Ketua Sekolah Literasi Indonesia (SLI) mengatakan jika ungkapan “bisa karena biasa” memang ada benarnya, tapi untuk kasus menulis belum didukung hasil penelitian relevan dan bisa dijadikan sebagai dasar. Stephen Krashen dalam bukunya The Power of Reading justru mengatakan sebaliknya; para siswa yang paling sering menulis bukanlah penulis yang terbaik. Loh, kok bisa?

 

Seorang penulis dan penggiat literasi dari AS, Jim Trelease, dalam bukunya The Read-Aloud Handbook mengemukakan bahwa penulis yang baik itu mirip pemain bisbol. Pemain bisbol harus bermain teratur, tetapi mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka baik di atas lapangan atau di pinggir lapangan, menonton pemain lain memukul, berlari, menangkap, dan melempar. Artinya, penulis yang baik akan melakukan hal yang sama—mereka menulis, selain itu mereka juga membaca lebih banyak, serta menyaksikan bagaimana orang lain melempar kata-kata untuk menangkap maknanya.

 

“Apa yang disampaikan Jim Treleases tersebut seakan menyadarkan kita bahwa jika ingin menjadi penulis yang baik, alih-alih cuma memperbanyak menulis, justru kita harus lebih banyak membaca. Semakin banyak kita membaca, semakin bagus kita menulis,” ujar Andy. “Setidaknya itu yang sudah dibuktikan oleh National Assessment of Educational Progress (NAEP): Writing Report Card. Salah satu kesimpulan dari penelitian yang dilakukan adalah para siswa penulis yang mendapat angka tertinggi bukanlah mereka yang menulis hampir setiap hari, melainkan para siswa yang membaca karena gemar membaca, siswa yang punya banyak materi cetakan di rumah, dan yang teratur menulis di kelas,” tambahnya.

 

Sembari berseloroh Andi bertanya, “apa yang menyebabkan hal itu bisa terjadi?” Sejurus kemudia ia menjawab “sederhana saja, bahwa awal mula kita bisa menulis adalah karena kita pernah membaca tulisan itu. Kita bisa menulis “ini Budi” karena kita pernah melihat tulisan itu. Contoh lainnya adalah kita akan kesulitan menulis tuisan feature jika kita belum sering melihat tulisan feature. Lalu bagaimana agar kita bisa sering melihatnya? Jawabannya adalah dengan kita membaca dan terus membaca,” terangnya.

 

Andi berharap tulisan ini mampu membuka pikiran para pembaca supaya bisa menjadi penulis yang baik. Sebab menurutnya latihan menulis saja tidak cukup, tetapi harus dibarengi dengan banyak membaca. Rumusnya: semakin banyak kita membaca, semakin bagus kita menulis.

 

Facebook
Twitter
LinkedIn

Slide
BAKTI NUSA Siap Lepas 57 Penerima Manfaatnya dalam National Mission Bogor – BAKTI NUSA…
Apresiasi National Mission 2021, Anies Baswedan: “Sebuah Semangat yang Amat Baik” Bogor – Apresiasi…
Will it be Worth It? Will it be Worth It? – Long story short,…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *