Narasi, Tujuan, dan Petunjuk Arah

Narasi, Tujuan, dan Petunjuk Arah

Oleh: Bayu Chandra Winata, Manajer BAKTI NUSA

“Krisis adalah pintu lahirnya inovasi dan perubahan”

Struktur organisasi itu mati. Ia hanya akan hidup dan dinamis dengan narasi orang-orang di dalamnya. Tapi, bagaimana jika tak ada narasi yang muncul dan berkembang? Tentu situasi menjadi pelik. Roda organisasi tetap berjalan, seadanya, tak tentu arah, yang penting jalan saja, cukup. Kondisi demikian hanya tinggal menunggu waktu kehancuran. Itulah mengapa seorang pemimpin perlu memiliki narrative intelligence. Merekalah pemikir strategis dan pelaku kepemimpinan sekaligus – designing and leading.

Maka, belajarlah kita pada sosok Muhammad saw. Beliau bisa menyembuhkan seperti Isa, bahkan bulan pun bisa dibelahnya. Ketika berdakwah di Thaif pun, Jibril meminta beliau menyetujui untuk menghancurkan Thaif. Tapi, ditolaknya permintaan Jibril. Sembari menahan sakit dari kaki yang mengucurkan darah, beliau justru berdoa “saya berharap semoga Allah melahirkan dari tulang sulbi mereka anak-anak yang akan menyembah Allah Swt”.

Nabi Muhammad sering kali menghindari penggunaan hard power sebagai alat meyakinkan orang kepada agama yang dibawanya, meski ia memiliki mukjizat itu. Ia lebih memilik kata. Memilih narasi. Oleh sebab itulah mukjizatnya adalah kata: Al-Qur’an. Karena itu sabdanya pun di atas semua kata yang mungkin diciptakan seluruh manusia. Itu karena narasi bisa menembus dinding penglihatan manusia menuju pusat eksistensi dan jantung kehidupannya: akal dan hatinya. Jauh lebih dalam dan menghentak kesadaran daripada apa yang mungkin dirasakan manusia yang sesaat tiba-tiba kaget terperangah seketika menyaksikan saat laut terbelah atau ketika menyaksikan orang buta melihat kembali.

Tersebab narasi pulalah para Sahabat Nabi memiliki kejelasan tujuan dan petunjuk arah menjalani kehidupan di Bumi. Menyebarkan risalah agama tak henti, hingga nyawa tercerabut dari diri. Dari situlah kita belajar bahwa narasi perlu dimiliki oleh seorang pemimpin. Karena itu yang akan membawa organisasi dan setiap orang di dalamnya memiliki kesadaran terhadap tujuan juga petunjuk arah mencapainya. Sehingga pengelolaan akan jauh lebih efektif dan efisien. Seluruh sumber daya tergerakkan dengan produktif dan berdampak. Masing-masing berkontribusi sesuai dengan peran. Tak mudah memang memiliki pemimpin demikian, perlu proses panjang penempaan. Bukan hanya sekadar menduduki jabatan, atau semata meraih kekuasaan. Jika hanya sekadar itu, tentu hanya ‘kekosongan’ yang tertunjukkan.

Facebook
Twitter
LinkedIn

Slide
BAKTI NUSA Siap Lepas 57 Penerima Manfaatnya dalam National Mission Bogor – BAKTI NUSA…
Apresiasi National Mission 2021, Anies Baswedan: “Sebuah Semangat yang Amat Baik” Bogor – Apresiasi…
Will it be Worth It? Will it be Worth It? – Long story short,…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *