Masa Depan Melalui Kepemimpinan yang Berkelanjutan

Masa Depan Melalui Kepemimpinan yang Berkelanjutan

 

 

Padang – Kepemimpinan adalah konsep yang sering dipahami secara beragam. Pemimpin dimaknai sebagai sosok yang memimpin kelompok atau organisasi, bertanggung jawab dalam mengambil keputusan dan memberi arahan; namun seiring berjalannya waktu, pemahaman tentang kepemimpinan berkembang menjadi lebih kompleks. Salah satu konsep yang kini mendapat perhatian adalah kepemimpinan berkelanjutan—kepemimpinan yang tidak hanya fokus pada hasil jangka pendek, tetapi juga memperhatikan dampak jangka panjang terhadap orang, organisasi, dan masyarakat.

 

 

Amalia Sandi Alzahrah, Penerima Manfaat Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTI NUSA) menyampaikan bahwa kepemimpinan berkelanjutan bukan hanya soal mengarahkan orang-orang untuk mencapai tujuan, tetapi juga menciptakan sistem, pola pikir, dan budaya yang mendukung keberlanjutan dan pertumbuhan di masa depan.

 

 

“Seperti yang dijelaskan Stephen Covey dalam The 7 Habits of Highly Effective People, Begin with the End in Mind—mulailah dengan akhir dalam pikiran. Covey menekankan pentingnya memiliki tujuan yang jelas dan gambaran tentang hasil akhir yang diinginkan sebelum mengambil langkah pertama. Visi yang jelas ini bukan hanya memberi arahan, tetapi juga memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil mendukung pencapaian tujuan jangka panjang yang berkelanjutan,” jelas Amalia. “Konsep ini sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), seperti menciptakan masyarakat inklusif dan berkelanjutan. Contoh kepemimpinan berkelanjutan dapat ditemukan pada Claus Aagaard, CFO yang memimpin perusahaannya dengan tajuk Sustainable in a Generation. Aagaard fokus pada tiga tujuan SDGs: bumi yang bersih, merawat manusia, dan menutrisi dunia. Kepemimpinan berkelanjutan tidak hanya mengutamakan keuntungan finansial, tetapi juga tujuan sosial dan lingkungan. Organisasi yang dipimpin oleh pemimpin berkelanjutan cenderung lebih inovatif, adaptif, dan resilien, serta memiliki keterlibatan karyawan dan loyalitas pelanggan yang lebih tinggi, yang berkontribusi pada profitabilitas jangka panjang,” paparnya.

 

 

Salah satu tantangan terbesar dalam kepemimpinan berkelanjutan adalah kemampuan keluar dari zona nyaman dan tidak terjebak dalam status quo. Amalia menerangkan, perubahan itu penting tetapi kenyataannya banyak pemimpin yang lebih memilih untuk mempertahankan cara lama karena dianggap lebih aman. Dalam dunia yang terus berkembang, pemimpin yang berkelanjutan tidak hanya harus siap untuk beradaptasi dengan perubahan, tetapi juga berani mendorong perubahan itu sendiri. Mereka harus siap mengambil risiko dan meruntuhkan kebiasaan yang sudah mapan jika itu diperlukan untuk kemajuan.

 

 

“Generasi muda perlu mempersiapkan diri dengan sikap yang terbuka terhadap perubahan dan kemampuan untuk berpikir kritis, sehingga mereka dapat berinovasi dan menciptakan solusi yang relevan di tengah perkembangan zaman,” ujar Amalia. “Selain itu, mereka harus membekali diri dengan keterampilan kepemimpinan yang inklusif, mampu bekerja dalam tim, serta memiliki kesadaran sosial yang tinggi. Dengan pendekatan yang adaptif dan berbasis pada dampak jangka panjang, generasi muda akan siap memimpin masa depan yang lebih berkelanjutan dan menginspirasi perubahan positif bagi masyarakat,” tutupnya.

 

Facebook
Twitter
LinkedIn

Slide
BAKTI NUSA Siap Lepas 57 Penerima Manfaatnya dalam National Mission Bogor – BAKTI NUSA…
Apresiasi National Mission 2021, Anies Baswedan: “Sebuah Semangat yang Amat Baik” Bogor – Apresiasi…
Will it be Worth It? Will it be Worth It? – Long story short,…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *