Keimanan = Kesuksesan dan Kebahagiaan
Oleh: Meutia Filzan Kamilah, PM BAKTI NUSA 11
Apakah Sahabat Pendidikan pernah mendengar, bahwa; jika kita ingin berhasil mencapai sesuatu, pikiran kita juga harus menginginkan hal tersebut. Apabila pikiran kita senantiasa berisi hal positif dan optimis, maka hal baik akan selalu mengikuti. Sebaliknya, jika pikiran kita senantiasa berisi hal negatif dan pesimis, kemungkinan kita tidak akan berhasil mencapai hal tersebut.
Penjelasan di atas memiliki kesamaan dengan hukum fisika dalam konsep law of attraction. Menurut hukum ini, pikiran kita adalah energi yang mampu menarik hal-hal yang kita inginkan. Hukum ini mengklaim bahwa setiap tujuan yang lo punya pasti bisa terwujud apabila lo punya kegigihan untuk mencapainya.
Law of attraction juga dapat disebut sebagai hukum ketertarikan. Artinya, pikiran dan alam semesta sebenarnya saling terhubung karena memiliki frekuensi yang sama. Terdapat daya magnet yang membuat alam semesta seakan bermanifestasi terhadap impian yang kita pikirkan berulang kali.
Pikiran adalah magnet yang sangat kuat. Apapun yang menjadi gambaran dalam pola pikir kita, itulah yang kita tarik, baik kita menyadarinya atau tidak. Jika manusia meyakini bahwa kehidupan ini sangat keras, dan harus berjuang hanya untuk hidup pas-pasan, misalnya, maka itulah yang terjadi. Hasil yang diperoleh selalu sesuai dengan apa yang diyakininya
Kalau kita membuka surat al-mu’minun ayat 1-11. Kita akan mendapati rahasia sukses terbesar. Allah mengawali ayat tersebut dengan ucapan, “Sunggh (pasti) beruntung orang yang beriman.” Allah memberikan rumusan besar bahwa orang-orang berimanlah yang mendapatkan jaminan kberuntungan (sukses dan bahagia). Bukan saja di dunia, tapi ia juga mendapatkan jaminan surga
Adakah hubungan keimaman dengan Law of Attraction?
Dalam sebuah hadis dikatakan bahwa iman itu diyakini kuat-kuat dalam hati, diucapkan dengan lisan sesadar-sadarnya, dan diwujudkan dengan tindakan.
Diyakini kuat-kuat dalam hati, artinya kita harus benar-benar menanamkan kebenaran dan apa yang kita yakini dalam hati karena hati atau perasaan adalah salah satu ujung tombak getaran-getaran positif atau negatif. Jika kita memiliki hati yang bersih , kita semakin memancarkan getaran positif ke sekitar. Getaran itu pun akan kembali ke diri kita sendiri. Maka berhati-hatilah dengan hati. Lembutkan dan cerdaskanlah!
Diucapkan dengan lisan sesadar-sadarnya dan diwujudkan dengan tindakan. Ucapan kita menunjukkan hati kita. Berhati-hatilah mengatakan sesuatu, karena kata-kata mempengaruhi diri kita, hingga perbuatan kita. Orang yang selalu mengatakan dirinya tidak mampu, ia pun tidak akan mencoba karena takut dengan kegagalan. Sebab, sebelum mencapai keinginannya, ia telah memancarkan perasaan negatif ke sekitar, dan kembali kepada dirinya. Sebaliknya, orang yang percaya diri dan memotivasi dirinya, akan terus berusaha meraih keinginannya karena ia yakin mampu untuk melakukannya.
Ucapan kita, lisan kita, mempegaruhi pikiran dan perasaan kita. Begitu pun sebaliknya, pikran dan perasaan kita mempengaruhi apa yang kita lakukan.
Seorang muslim, seorang yang beriman, harus selaras antara pikiran dan perasaan, lisannya dan tindakannya. Setara antara perkataan dan perilakunya. Orang beriman selalu memiliki perasaan, pikira, lisan, dan tindakan positif. Dengan demikian, orang beriman selalu memancarkan getaran positif ke alam sekitar (orang lain, teman, saudara, dan lingkungan) sehingga alam sekitarpun akan mendatangkan getaran yang sama. Maka, orang berimanlah yang mendapatkan kesuksesan, dan kebahagaiaan. Ia memperoleh keberuntungan yang besar, fauzan adzhim…
Karena, ingat! Keimanan=Kesuksesasn-Kebahagiaan