Manusia dari hari ke hari selalu bergerak, ada yang bergerak maju, ada yang jalan di tempat ada juga yang bergerak mundur. Pergerakan ini ditentukan berdasarkan kebiasaan sehari-hari manusia itu sendiri. Bila kebiasaannya baik maka akan menuntun manusia itu untuk bergerak maju. Begitu sebaliknya, bila kebiasaan itu buruk maka cenderung menuntun manusia untuk bergerak mundur/stagnan. Pergerakan manusia dalam hidup ini bermula karena manusia mencoba untuk memenuhi kebutuhan fundamentalnya. Kebutuhan fundamental manusia ada tiga. Pertama need of social; kebutuhan untuk bersosial. Kedua need of religion; kebutuhan untuk beragama. Ketiga adalah need of achievement, yaitu kebutuhan untuk bisa mencapai sesuatu. Setelah kebutuhan dasar terpenuhi maka manusia akan naik level ke proses aktualisasi diri. Proses aktualisasi diri membutuhkan manusia yang berkualitas, manusia yang memiliki kebiasaan yang apik. Lantas, kebiasaan yang apik itu seperti apa? Kebiasan yang apik itu dibentuk dengan cara yang bagaimana?
Jawabannya, kebiasaan yang apik itu mengajak manusia untuk keluar dari Zona Nyamannya/ Comfort Zone. Dan Cara membentuk kebiasaan baik itu adalah dengan memahami cara keluar dari Comfort Zone.
Mengapa harus keluar dari Zona Nyaman? Padahal Zona Nyaman adalah tempat ternyaman manusia, dan tempat yang ‘memungkinkan’ manusia memperoleh kebahagiaan…
Eits, Zona Nyaman bisa jadi memberikan kebahagiaan, namun itu bersifat sementara. Manusia perlu keluar dari Zona Nyamannya. Ingat, manusia perlu keluar dari Zona Nyaman.
Zona Nyaman itu sebenarnya apa sih?
Zona Nyaman adalah sesuatu kegiatan yang sudah terhabitisasi di masa lalu kita, sehingga kegiatan itu sudah jadi kegiatan yang biasa (alam bawah sadar). Zona nyaman, memberikan kenyamanan bagi manusia yang sudah sering melakukan kegiatan tersebut. Jadi seorang manusia yang berada di Zona Nyaman akan selalu melakukan kegiatan yang sama setiap harinya. Kegiatan yang sama setiap harinya menandakan bahwa manusia itu tidak berkembang, tidak ada target/tujuan baru dalam hidupnya. Kondisi ini berbahaya, karena membuat manusia sulit bergerak ke proses aktualisasi diri, karena sudah nyaman dengan kegiatan-kegiatan yang itu-itu saja, yang tidak memberikan pembentukkan diri yang lebih baik. Logikanya jika manusia itu hanya melakukan kegiatan yang sama setiap harinya, maka pergerakan manusia itu akan sama setiap harinya, atau bisa dibilang stagnan. Maka, kata motivasi “Hari Ini Harus Lebih Baik Dari Hari Kemarin” tidak akan tercapai jika hanya berada di Zona Nyaman. Oleh karena itu, manusia harus keluar dari Zona Nyamannya, dan Menantang diri sendiri untuk melakukan kegiatan baru yang positif dan menjadikannya Habit/Kebiasaan baru yang akan membentuk diri jadi lebih baik.
Namun proses membentuk Kebiasaan baru yang baik atau istilahnya adalah keluar dari Zona Nyaman tidaklah mudah.
Zona Nyaman, memiliki dua hal yang akan memberontak habis-habisan jika, manusia ingin keluar dari Zona ini. Dua hal ini akan menarik lagi niat manusia untuk melakukan kegiatan-kegiatan baru yang positif. Dua hal ini adalah Inner Voice dan Sensasy Phisiology. Inner Voice adalah suara-suara dair dalam diri manusia yang akan memberi tahu manusia jika akan melakukan hal-hal baru. Inner voice ini akan berbicara ke kita untuk mengurungkan niat mengerjakan kegiatan baru.
Hal satu lagi yang ada di zona nyaman yang menghalangi manusia untuk membentuk kebiasaan baru, yaitu sensasy phisiology. Sensasy phisiology itu adalah sesuatu yang membuat kita gak bisa, dan membuat kita merasa sungkan untuk melakukan habit baru.
Dua hal itu, sulit untuk dihindari karena itu melekat di setiap zona nyaman manusia. Lalu, trik untuk menghadapi dua hal ini adalah dengan tidak membangunkan mereka. Dan membiarkan mereka yang secara tidak sadar sedang kita bawa ke kebiasaan baru yang telah direncanakan.
Sejatinya, zona nyaman memberikan tiga prinsip;
- Setiap manusia merasa nyaman dengan zona nyamannya
- Setiap manusia merasa terganggu dengan kebiasaan baru
- Setiap manusia yang memaksa melakukan ketidaknyamanan akan meghasilkan kenyamanan di masa depan
- Yang awalnya gak dilakukan, jadi dilakukan (0)
- Ada nilai tambah. Awalnya tidak melakukan akhirnya melakukan (+)
- Terjadi pengurangan dari hal-hal destruktif (-)