Belajar dari Rumah, Membangun Sikap Positif Anak
Oleh: Mawardah
Belajar tatap muka konon akan dimulai pada Juli kemarin, seperti yang disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam jumpa pers pada 30 Maret lalu. Nadiem Anwar Makarim mengatakan pemerintah memutuskan mengizinkan pembelajaran tatap muka secara terbatas setelah semua guru dan tenaga kependidikan mendapatkan vaksin Covid-19. Sekolah yang melakukan tatap muka juga harus menerapkan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Perencanaan tatap muka ini dilakukan agar tidak terjadi learning loss di kalangan siswa. Learning loss merupakan menurunnya kompetensi belajar siswa. Menurunnya kompetensi siswa bisa dilihat dari kemampuan anak membaca dan berhitung namun kurang signifikan. Menurut Hasbi, Direktur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset yang dikutip pada artikel kompas.com berjudul ‘Cegah Learning Loss dengan Lakukan Pembelajaran Tatap Muka’ mengatakan learning loss memiliki dampak sangat besar bukan hanya terhadap peserta didik. Tetapi juga bagi nasib dan majunya bangsa Indonesia. Jika learning loss terus terjadi dan tidak segera diatasi, maka dalam waktu kurang lebih 15 tahun lagi bangsa ini akan mengalami kehilangan generasi penerus yang berkualitas.
Ekspektasi kala itu siswa dapat belajar secara tatap muka. Namun, kenyataan berkata lain sebab angka kasus positif Covid-19 di Indonesia semakin meroket pada Juli-Agustus, sehingga pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk mencegah terjadinya penularan. Maka, proses belajar siswa pun kembali dilakukan secara daring dari rumah, terutama pada daerah zona merah.
Ada beberapa kendala yang dirasakan oleh siswa, guru maupun orang tua tentang belajar dari rumah. Seperti keterbatasan internet, gawai yang kurang mumpuni, adanya kesenjangan interaksi, siswa yang kurang aktif, memiliki rasa bosan, gangguan kesehatan, dan mengalami kesulitan dalam memahami penggunaan fitur-fitur aplikasi pembelajaran daring, seperti Google Classroom, Zoom Meeting, Google Meet, dan lainnya. Hal ini membuat siswa, guru, dan orang tua harus beradaptasi dengan kondisi belajar secara daring.
Belajar dari rumah tidak hanya menjadi tanggung jawab guru, tapi orang tua juga harus berperan aktif. Selama ini, kebanyakan orang tua hanya fokus dalam memberikan fasilitas pendidikan, namun lupa tanggung jawabnya dalam mendidik anak. Apalagi masa pandemi mengubah banyak hal. Peran orang tua benar-benar menjadi hal utama dalam menciptakan kebahagiaan, kenyamanan dalam belajar, dan juga kesuksesan anak. Maka, orang tua dituntut menerapkan sistem pola asuh positif dalam mendampingi anak selama 24 jam.
Menurut Psikolog Klinis dan juga Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Brigitta Erlita Tri A, M.Psi., dikutip dari laman kompas.com mengatakan bahwa pembelajaran di rumah yang dilakukan secara daring menyebabkan guru tidak bisa memantau langsung perkembangan muridnya. Oleh karena itu, orang tua atau keluarga berperan penting dalam mendampingi anaknya saat belajar daring.
Menurut Erlita, ada beberapa perilaku anak yang perlu diwaspadai ketika muncul perilaku yang tidak biasa terjadi. Misalnya, anak-anak yang biasanya ceria lalu tiba-tiba menjadi murung dan tampak menarik diri, anak mulai menyakiti dirinya sendiri, nafsu makan yang tiba-tiba menurun, dan menarik diri dari interaksi keluarga.
Kebiasaan itu terjadi akibat anak-anak yang mulai bosan belajar secara daring, tugas yang menumpuk, tidak adanya bimbingan ketika mengerjakan tugas, dan sebagainya. Maka sebagai orang tua perlu membimbing, memperhatikan, menemani dan sekaligus membangun sikap atau perilaku yang positif kepada anak.
Hurlock (2000) berpendapat bahwa perilaku orang tua ke anak akan memengaruhi sikap dan perilaku anak. Kondisi pengasuhan dan komunikasi dalam keluarga memiliki dampak negatif-positif terhadap perkembangan anak. Jika anak sering mendapatkan kritikan, anak akan mudah menyalahkan orang lain. Jika anak sering mendapatkan penghinaan, anak akan tumbuh menjadi pribadi pemalu. Jika anak mendapatkan toleransi, anak belajar menjadi pribadi yang sabar. Begitu juga jika anak hidup dengan pujian, anak akan mengembangkan penghargaan pada diri sendiri maupun orang lain (Kuswanti, dkk 2020).
Membangun sikap positif anak
Sikap positif sangat perlu diterapkan, agar tidak terbawa arus negatif terutama pada situasi pandemi. Menumbuhkan sikap positif pada anak sangat penting. Sebab, anak adalah permata yang harus dirawat untuk kebaikan bangsa di masa depan. Maka diperlukan kreativitas orang tua dalam berkomunikasi dan berinteraksi pada anak. Supaya proses tumbuh kembang anak lebih baik, orang tua bisa menerapkan pola asuh authoritative.
Baumrind (dalam jurnal Putu & Husnul, 2020: Pola Asuh Orang Tua pada Anak di Masa Pandemi Covid-19) berpendapat, pola asuh authoritative memberikan dampak positif bagi anak karena orang tua mau mendengarkan pendapat anak, mengarahkan, menghargai, menerapkan standar perilaku dengan jelas dan konsisten serta tetap mengenali kebutuhan penting sang anak. Jika pengasuhan demokratis diterapkan, anak dapat memiliki pribadi hangat, merasa dihargai, percaya diri, memiliki kematangan emosi, dan sosial yang baik.
Dalam jurnalnya, Putu & Husnul menuliskan, selama pandemi, pola asuh authoritative orang tua kepada anak bisa diwujudkan dalam bentuk menjaga kesehatan anak, mendampingi anak belajar daring, meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan bersama, menciptakan lingkungan aman dan nyaman, menjalin komunikasi yang intens dengan anak, dan melakukan variasi dan inovasi kegiatan di rumah.
Pertama, menjaga kesehatan pada anak. Orang tua bisa mengajarkan anaknya menjaga kebersihan dan menerapkan hidup sehat pada masa pandemi Covid-19. Dalam mengajarkan anak, orang tua bisa memberikan contoh bagaimana pola hidup sehat. Sehingga anak bisa lebih cepat memahami, dan menerapkan hidup sehat dalam kegiatan seharinya; contohnya rajin mencuci tangan pakai sabun di air mengalir dan menggunakan masker jika keluar rumah.
Kedua, mendampingi anak belajar daring. Ketika orang tua mendampingi anak belajar daring, anak akan merasa diperhatikan dan disayang. Kemudian, bagi orang tua kegiatan mendampingi bisa menjadi sarana membimbing anak, bila anak mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran. Dalam mendampingi, orang tua juga perlu berkomunikasi dengan menggunakan kalimat yang positif, tidak berkata kasar apabila anak kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru atau dalam mengerjakan tugas. Sehingga anak akan merasa nyaman bila belajar didampingi orang tua.
Ketiga, meluangkan waktu untuk kegiatan bersama. Di masa pandemi, orang tua memiliki waktu lebih banyak bersama anak. UNICEF mengungkapkan bahwa orang tua perlu membuat waktu yang berkualitas dengan anak, untuk seperti bermain, menanam, memasak, membersihkan rumah, beribadah dan kegiatan lainnya. Jika kegiatan itu diciptakan dengan baik, maka akan terbentuk kebersamaan dan keakraban sehingga menciptakan suasana keluarga positif.
Keempat, menciptakan lingkungan aman dan nyaman. Agar anak tidak merasa bosan ketika belajar dari rumah, maka orang tua perlu menciptakan ruang aman dan nyaman. Menurut Kurniati, dkk, dalam mewujudkan lingkungan aman dan nyaman, orang tua perlu menjalin kelekatan dengan anak untuk membangun suasana belajar menyenangkan, tanpa adanya pemaksaan, dan memahami karakter anak sebagai pribadi unik, agar dapat memberikan dorongan kepada anak lebih percaya diri dan bertanggung jawab.
Kelima, menjalin komunikasi intens dengan anak. dalam menjalin keakraban, orang tua perlu berkomunikasi dengan anak secara intens. Karena dengan melalui komunikasi, orang tua akan memahami kebutuhan anak, dan juga menyampaikan harapan kepada anak tanpa adanya paksaan. Dengan ini dapat mewujudkan rumah yang nyaman, dan menyenangkan karena kehangatan berkomunikasi antar orang tua dengan anak.
Keenam, melakukan variasi dan inovasi kegiatan di rumah. Orang tua perlu menjadi pribadi aktif dan kreatif dalam membuat kegiatan sebagai sarana belajar anak. Aktivitas yang bisa dilakukan di antaranya mendongeng, membaca buku, memasak bersama, bernyanyi dan lainnya. Melalui kegiatan bervariasi dan kreatif, anak dapat mengembangkan minat dan bakatnya karena orang tua membiasakan aktivitas positif.
Orang tua harus memberikan contoh baik kepada anak, maka anak akan mengikutinya. Karena anak adalah cermin. Anak akan cepat meniru dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakannya. Demi mewujudkan belajar anak dari rumah lebih menyenangkan, maka orang tua dan guru harus bekerja sama, misalnya selalu memberikan apresiasi kepada anak atas pencapaiannya, sehingga sikap positif anak dapat terbangun dengan baik.