Sampai kapan kita menahan sesuatu hal yang mungkin tidak dikehendaki, dan berharap semua hal akan seperti yang diinginkan. Sampai kapan kita harus bersabar menghargai siapapun yang mungkin yang dihargai tak pernah memberikan feedback baik.
Apakah sabar itu ada batasnya?
Sampai kapan kita istikamah dalam kebaikan untuk menuju perubahan yang ideal, baik untuk diri kita sendiri, keluarga dan masyarakat bahkan mungkin negara. Sampai kapan kesabaran istikamah itu kita jaga yang cukup melelahkan dan membebani?
Mungkin pertanyaan itu selalu terngiang dalam benak kita, sampai kapan istikamah sabar, istikamah baik, sedang dibalik perjuangan yang melelahkan itu banyak kawan yang melemahkan dan lawan yang menjatuhkan.
Lalu, setelah liat Qur’an yang indah itu, rabku berkata, jadikanlah sabar sebagai penolong. Ternyata sabar itu bukan sekadar sarana untuk bertahan dari segenap tantangan dan cobaan, tapi ia merupakan pertolongan Allah, “dan jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu”. Dan begitu banyak redaksi sabar dalam Qur’an memiliki fadhilah yang mulia disisi-Nya.
Sabar ketika diuji oleh Allah baik dalam keadaan senang maupun susah. Sabar dalam beribadah untuk menuju keistikamahan. Sabar dalam dalam segala hal yang Allah rida di dalamnya.
Sabar, merupakan kata yang mudah diucapkan, akan tetapi susah untuk diaplikasikan.
Namun, berbahagialah bagi kita yang sedang berusaha selalu sabar karena disambut oleh Allah dengan, “سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ” .