Dari Ambon Manise Hingga ke Pennsylvania State University
Amerika – Suhandi Hasan tak hanya menyebrangi samudera untuk menimba ilmu. Ia membawa serta mimpinya sebagai anak Timur—mewakili Indonesia dalam ruang-ruang akademik global.
Alumni Beasiswa Etos ID Ambon 2012 ini memulai perjalanannya dari Universitas Pattimura. Sejak semester 5, Andi —begitu ia biasa disapa— sudah berikhtiar menembus beasiswa luar negeri. Ia hadir di pameran pendidikan, aktif cari info online, dan bahkan sudah menyiapkan berkas aplikasi jauh-jauh hari.
Baginya, kuliah di luar negeri bukan soal gengsi atau kompetisi. “Saya hanya ingin tahu, apakah benar Indonesia disebut invisible giant? Apakah kita benar-benar besar, tapi tidak terlihat?” katanya.
Prosesnya tidak mudah. Tes IELTS/TOEFL yang menjadi prasyarat utama saja sulit ia akses di Ambon. Tapi tekadnya tak surut. Ia lolos LPDP dan diterima di Boston University, Amerika Serikat. Andi mengaku sesampainya di sana, ia merasakan realitas baru yang mengguncang: academic culture shock. Dua minggu pertama di kelas, ia hanya diam. Tak berani berdiskusi. Hingga dosennya berkata, “Andi, I want to hear more from you in the class”.
Meski begitu, ia menemukan ‘rumah’ dalam komunitas ISBU (Islamic Society Boston University) dan lingkungan diaspora yang hangat. “Saya merasa dekat dengan rumah, karena ada teman-teman dari Indonesia timur dan daerah lainnya,” kenangnya.
Kini, Andi bekerja sebagai staf di Pennsylvania State University—salah satu kampus terbaik dunia. Nilai-nilai yang ia bawa sejak dari Etos ID tetap tertanam: integritas, kepemimpinan, dan kebermanfaatan.
“Saya tidak hanya menyelesaikan pekerjaan,” ujarnya, “tapi memastikan kontribusi saya punya nilai tambah—bagi mahasiswa, kolega, dan institusi,” tegas Andi.
“Bermimpi itu penting. Tapi komitmen untuk mewujudkannya jauh lebih penting. Pendidikan harus jadi jembatan mobilitas sosial yang adil. Karena setiap anak negeri berhak atas peluang yang sama,” pesan Andi untuk pemuda Timur lainnya