Buat Para Orang Tua Jangan Berkecil Hati

Buat Para Orang Tua Jangan Berkecil Hati

 

Bogor – Momen Hari Pendidikan Nasional tahun ini menjadi sebuah uji kesabaran buat Andi Ahmadi, Ketua Sekolah Literasi Indonesia, sebab setiap ia berkunjung ke rumah saudara selalu ada pertanyaan mengenai tumbuh kembang sang anak jelang usia sekolah. “Pertanyaan standar untuk anak usia tersebut adalah “sudah sekolah atau belum?” kata Andi.

 

Hal tersebut membuat Andi termenung dan berpikir “apakah rata-rata orang tua berpikir bahwa tujuan menyekolahkan anak ke Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah sekadar bisa membaca? Jangan-jangan yang selama ini membuat sebagian PAUD mengajarkan calistung kepada murid-muridnya adalah karena tuntutan dari orang tuanya?” tanyanya.

 

Menurutnya kalau dilihat dari kebijakan pemerintah mengenai pembelajaran di PAUD, capaian pembelajaran yang ingin dikuatkan pada anak usia dini adalah Nilai Agama dan Budi Pekerti; Jati Diri; dan Dasar-dasar Literasi, matematika, Sains, Teknologi, Rekayasa, dan Seni (STEAM). Secara detail, capaian pembelajaran pada PAUD antara lain Anak menunjukkan kemampuan mengenali dan memahami berbagai informasi seperti gambar, tanda, simbol, dan cerita; Anak mampu mengomunikasikan pikiran dan perasaan secara lisan, tulisan, atau menggunakan berbagai media serta membangun percakapan; Anak menunjukkan minat dan berpartisipasi dalam kegiatan pramembaca; Anak menunjukkan rasa ingin tahu melalui observasi, eksplorasi, dan eksperimen; Anak mengenal, mengembangkan sikap peduli dan tanggung jawab dalam pemeliharaan alam, lingkungan fisik, dan sosial; Anak menunjukkan kemampuan awal menggunakan dan merancang teknologi secara aman dan bertanggung jawab; Anak menunjukkan kemampuan dasar berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif; Anak dapat mengenali dan melihat hubungan antarpola, simbol, dan data serta dapat menggunakannya untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari; dan Anak mengeksplorasi berbagai proses seni, mengekspresikannya, serta mengapresiasi karya seni (Puskurbuk Kemdikbudristek, 2021).

 

Andi menambahkan, jika diperhatikan untuk elemen dasar-dasar literasi luaran yang diharapkan bukanlah anak bisa membaca, melainkan anak menunjukkan minat dan berpartisipasi dalam kegiatan pramembaca. Kegiatan pramembaca adalah kegiatan yang bertujuan untuk mempersiapkan anak sebelum mereka benar-benar memulai proses belajar membaca pada tingkat pendidikan formal (SD). Dengan demikian yang terpenting adalah bagaimana melatih anak untuk mengembangkan kemampuan berpikir, berbicara, dan mengenal kosakata, sehingga mereka siap untuk memasuki dunia membaca pada waktunya nanti.

 

Kemdikbud secara jelas mengatakan bahwa ada enam kemampuan fondasi anak yang perlu dibangun secara berkelanjutan dari PAUD hingga kelas dua SD. Enam kemampuan fondasi tersebut yaitu mengenal nilai agama dan budi pekerti; keterampilan sosial dan bahasa; kematangan emosi; kematangan kognitif; keterampilan motorik dan perawatan diri; pemaknaaan terhadap belajar yang positif. Berdasarkan penjelasan tersebut kita perlu mengakhiri miskonsepsi bahwa pembelajaran di PAUD untuk mengajarkan anak calistung. Kurikulum Merdeka bahkan tidak mewajibkan siswa kelas satu SD untuk membaca.

 

Meski demikian, bukan berarti anak usia dini belum boleh membaca. Jika ada anak yang sudah bisa membaca sejak usia dini tentu hal yang bagus. Pemahaman yang tidak dibenarkan adalah mengukur keberhasilan belajar di PAUD hanya dari kemampuan membaca, sehingga memaksa anak harus bisa membaca. Terlebih lagi jika membandingkan kemampuan membaca anak yang satu dengan anak yang lain. Setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda. Bisa jadi anak yang cepat bisa membaca karena memiliki kecerdasan bahasa.

 

“Sebagai orang tua saya tidak pernah khawatir anak kami belum bisa membaca di usia dini. Saya sudah sangat bahagia melihat perkembangan pada diri anak kami seperti rajin ikut ke masjid, duduk saat makan dan minum, membuang sampah pada tempatnya, suka berbagi, mau bersosialisasi dengan teman-temannya, mau merapikan sendiri mainannya, dan yang tidak kalah penting: suka dengan buku. Hal-hal seperti itu yang barangkali orang lain tidak perhatikan,” jelas Andi.

 

Bagi para orang tua yang memiliki anak usia dini, jangan pernah berkecil hati ketika sang buah hati belum bisa membaca. Percayalah bahwa pada saatnya nanti mereka pasti akan bisa membaca. Syaratnya, kita tumbuhkan pada diri anak kita rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan, kemudian jadikan diri kita sebagai teman belajar bagi mereka.

Facebook
Twitter
LinkedIn

Slide
BAKTI NUSA Siap Lepas 57 Penerima Manfaatnya dalam National Mission Bogor – BAKTI NUSA…
Apresiasi National Mission 2021, Anies Baswedan: “Sebuah Semangat yang Amat Baik” Bogor – Apresiasi…
Will it be Worth It? Will it be Worth It? – Long story short,…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *