Ramadan Memberdayakan: Maulidaniati, Bawa Perubahan di Tanah Raha
Sumatra Utara – Kak Maul, sapaan akrabnya, adalah sosok yang dikenal ramah, ceria, penuh empati, dan pantang menyerah. Lahir dari keluarga nelayan sederhana dengan tujuh saudara, sebagai anak sulung ia memikul tanggung jawab besar. Kak Maul menjadi teladan bagi adik-adiknya, menunjukkan karakter kuat dalam menggapai cita-cita serta tekad yang tak pernah surut untuk berjuang dan mengabdi.
Namun, perjalanan hidupnya tidaklah mudah. Lingkungan sosial yang penuh tekanan, cibiran, dan tantangan pernah membuatnya kehilangan rasa percaya diri. Dukungan dari keluarga, sahabat, dan para guru menjadi bahan bakar semangatnya untuk bangkit. Ia berhasil meraih Beasiswa Bidikmisi, menyelesaikan studi pada 2019, dan mulai mengabdi sebagai guru honorer di MTs Lambiku, Kecamatan Napabalano, yang berjarak 21 kilometer dari rumahnya. Selain itu, ia juga membantu di PAUD Kartini Tampo yang berjarak 32 kilometer, sekaligus mengemban tugas sebagai operator di dua lembaga PAUD.
Semangatnya untuk memberi manfaat tidak berhenti di sana. Pada 2021, Kak Maul terpilih sebagai Konsultan Relawan atau Kawan Sekolah Literasi Indonesia (SLI), program dari Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa. Ia ditempatkan di Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak, Banten, selama satu tahun. Dalam peran ini, ia mendampingi para penggerak literasi, berinteraksi dengan praktisi pendidikan, dan menjelajahi dunia literasi dengan mencoba berbagai hal baru.
Setelah menyelesaikan program tersebut, Kak Maul terus aktif berkontribusi bersama keluarga besar ALUSIA, komunitas alumni Sekolah Literasi Indonesia. Baginya, memperkaya diri dengan ilmu sama artinya dengan berikhtiar untuk menciptakan perubahan di tanah kelahirannya.
Kesadaran akan minimnya akses literasi di Kabupaten Muna, tempat ia dilahirkan, menjadi dorongan besar baginya untuk bertindak. Di tengah keterbatasan fasilitas, ia mendirikan Taman Baca Zona Madani secara mandiri. Di kota Raha, komunitas literasi hampir tidak ada, dan akses buku sangat sulit ditemukan. Dengan kesederhanaan dan keberanian, Kak Maul memulai langkahnya dari nol.
Langkah pertama yang ia lakukan adalah menyadarkan masyarakat di sekitarnya akan pentingnya literasi. Kemudian, ia membangun tempat belajar di halaman rumah dengan alat seadanya. Langkah berikutnya, ia membeli buku dan alat tulis menggunakan anggaran pribadinya, meskipun penghasilannya sebagai guru honorer sangat terbatas.
Ia kerap menyisihkan sebagian pendapatannya untuk membeli buku bacaan anak. Setiap kali singgah di toko alat tulis dan memiliki uang lebih, kebutuhan untuk Zona Madani menjadi prioritasnya. Buku bacaan, buku mewarnai, pensil warna, hingga alat tulis lain dibelinya dengan penuh semangat. Ia bahkan rela membeli buku Read Aloud berkualitas original secara daring dengan biaya ongkir yang sering kali lebih mahal dari harga buku itu sendiri.
Membangun Zona Madani bukan tanpa hambatan. Kak Maul tidak memiliki kendaraan pribadi, sehingga mobilitas menjadi tantangan tersendiri. Meski demikian, ia terus melangkah dengan keyakinan bahwa setiap usaha baik pasti akan diberi kemudahan oleh Allah Swt. Dengan kesabaran dan rasa syukur, ia mampu mengatasi berbagai kendala.
Zona Madani menjadi ruang belajar bagi anak-anak di sekitarnya. Di sana, ia mengajarkan membaca, menulis, mendongeng, permainan sains sederhana, hingga permainan tradisional. Dengan memanfaatkan buku-buku pribadi dan alat seadanya, Kak Maul membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk berbagi kebaikan. Ia percaya bahwa memulai dari potensi yang ada adalah langkah nyata untuk membangun harapan dan menciptakan perubahan.
_____________________________________________________________
Sahabat Pendidikan juga bisa membantu Guru Hebat lainnya di Aksi Kebaikan melalui tautan ini