Ramadan Memberdayakan: Agustia, Atasi Krisis Literasi Anak-Anak di Wakatobi
Sulawesi Tenggara – Agustia adalah sosok perempuan berdaya yang aktif menggerakkan aktivitas literasi dan pendidikan di kampung halamannya, Pesisir Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Ia telah menjelajahi berbagai wilayah, mulai dari Aceh, Bima, hingga Rote Ndao, demi memberikan dampak positif di bidang pendidikan. Dorongan kuat untuk berkontribusi di tengah masyarakat mengantarkan Agustia mendirikan “Sikola Bajalan” pada 11 Mei 2022. Komunitas ini muncul sebagai jawaban atas keresahan para orang tua di Pulau Wangi-Wangi terkait banyaknya anak yang masih kesulitan membaca pasca-pandemi COVID-19. Sikola Bajalan bertujuan membangun ekosistem pendidikan yang literat dan numerat, dengan kegiatan belajar yang berlangsung di teras-teras rumah warga di Desa Mola Selatan dan Mola Nelayan Bakti setiap Sabtu dan Minggu. Anak-anak yang belajar di Sikola Bajalan berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari mereka yang bersekolah namun belum bisa membaca, anak putus sekolah, hingga anak yang tak pernah mengenyam pendidikan formal. Saat ini, komunitas ini memiliki 52 relawan yang mendampingi 40 anak dalam proses belajar.
Manfaat kehadiran Sikola Bajalan semakin dirasakan oleh masyarakat suku Bajau. Anak-anak yang dulunya tidak mengenal huruf kini mampu membaca dan menulis dengan lancar. Bahkan, beberapa anak yang sebelumnya putus sekolah kini termotivasi untuk kembali bersekolah. Selain mengajarkan keterampilan membaca dan menulis, Sikola Bajalan juga berupaya membangun perpustakaan mini di setiap lokasi belajar untuk memperkuat minat baca anak-anak. Agustia, sebagai inisiator dan koordinator, tidak hanya menggerakkan komunitas tetapi juga bertanggung jawab atas perekrutan relawan, pembekalan, dan penyusunan program kegiatan. Dengan memanfaatkan jejaring sosial dan kemampuan self-branding, ia berhasil menarik banyak anak muda untuk bergabung menjadi relawan. Ke depan, Agustia berharap penggerak yang telah bergabung dapat meneruskan perjuangannya dalam menciptakan dampak positif di tengah masyarakat. “Kesempurnaan hidup akan dirasakan ketika kita mampu berempati dan berdaya untuk orang-orang di sekeliling kita,” ucap Agustia penuh semangat.
Perjalanan Agustia dalam dunia literasi dan pendidikan bermula dari pengalamannya sebagai Konsultan Relawan Sekolah Literasi Indonesia (SLI) angkatan kedua di Kabupaten Bima pada 2018-2019. Ia kemudian terlibat sebagai Pengajar Muda angkatan 19 melalui Gerakan Indonesia Mengajar di Aceh Singkil. Setelah menyelesaikan program tersebut, Agustia memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya di Wakatobi dan mengabdikan dirinya sebagai tenaga pengajar. Selain itu, ia juga pernah menjadi fasilitator dan trainer di Program Organisasi Penggerak (2021-2022) yang bermitra dengan KEMENDIKBUD RISTEK, serta berbagi pengetahuan tentang literasi di Kepulauan Rote Ndao. Pengabdian dan kontribusinya tak berhenti di situ. Pada Oktober 2022 hingga Januari 2023, Agustia terlibat dalam program literasi yang diinisiasi oleh Dompet Dhuafa Sulawesi Tenggara. Berkat dedikasinya, ia mendapat penghargaan sebagai Pemuda Inspiratif dari Kementerian Pemuda dan Olahraga di Kabupaten Wakatobi.
Keberhasilan Agustia dalam menggerakkan Sikola Bajalan tidak lepas dari dukungan sistem pendukungnya, terutama keluarga dan sahabat. Dukungan tersebut menjadi modal penting yang memberikan semangat bagi Agustia untuk terus berkontribusi. Prinsip hidupnya adalah menjadi pemain aktif dalam membangun peradaban, bukan sekadar menjadi penonton. Agustia percaya bahwa ilmu yang diamalkan akan terus membawa manfaat meskipun seseorang telah tiada. Semangat dan dedikasinya untuk mengembangkan literasi di Wakatobi menunjukkan bahwa ia adalah pembelajar sejati yang tak gentar menghadapi tantangan. Dengan berbagai prestasi dan pengalaman yang telah diraih, Agustia terus berupaya menciptakan perubahan dan menginspirasi masyarakat di sekitarnya.
Melalui Sikola Bajalan, Agustia berharap dapat mewujudkan mimpinya untuk menciptakan generasi yang berilmu pengetahuan luas dan memiliki masa depan cerah. Ia membayangkan Sikola Bajalan akan tumbuh menjadi komunitas besar yang memberikan manfaat layaknya pohon kelapa, yang berguna dari akar hingga pucuknya. Mimpi ini disertai keyakinan bahwa segala usaha yang dilakukan sekarang akan menjadi tonggak penting di masa depan, memberikan dampak positif bagi masyarakat luas. Agustia juga berharap anak-anak yang belajar di Sikola Bajalan kelak mampu menjadi pribadi mandiri, berdaya, dan inspiratif, membawa semangat literasi ke seluruh penjuru Wakatobi dan sekitarnya.