Mengenal Kepemimpinan Fasilitatif dalam Pengembangan Organisasi

Mengenal Kepemimpinan Fasilitatif dalam Pengembangan Organisasi

 

Bogor – Ada sebuah adagium di masyarakat bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa mengambil keputusan dengan cepat. Konon, pemimpin seperti ini mampu memecahkan berbagai krisis secara bersamaan, dan hanya membutuhkan waktu satu detik untuk memecahkan masalah.

 

“Pertanyaannya, dalam konteks kekinian apakah model kepemimpinan seperti itu masih relevan?” tanya Andi Ahmadi, Ketua Program Sekolah Literasi Indonesia (SLI).

 

Pada banyak kasus, pemimpin yang desisif cenderung menyelesaikan isu dengan sangat cepat. Satu sisi tentu ini adalah hal yang baik. Hanya saja karena terlalu cepat membuat keputusan, sehingga terkadang mereka tidak memiliki kesempatan untuk melihat percabangan masalah. Lebih buruknya lagi apabila pemimpin seperti ini merasa memiliki semua jawaban atas permasalahan.

 

Gaya kepemimpinan dalam setiap organisasi memang beda-beda, tapi hal yang pasti adalah bahwa gaya kepemimpinan akan sangat memengaruhi kinerja tim. Pemaksaan kehendak atau instruktif merupakan perilaku yang sering dijumpai dalam kepemimpinan komando-birokratik-hierarkis yang pada akhirnya harus dibayar mahal dengan terbelenggunya inovasi dan kreativitas dari anggota tim.

 

“Yukl dalam Amin (2010) berpendapat bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi dan mendukung orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan dengan efektif,” ujar Andi. Ia menambahkan, artinya, pemimpin yang baik adalah yang mampu menggerakkan anggota timnya untuk bisa bekerja secara antusias, bukan hanya karena perintah atasan. “Antusiasme dalam bekerja akan muncul manakala terdapat kekuatan aspirasional yang menjadi motor penggeraknya. Semua itu akan terjadi ketika sebuah organisasi menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat, salah satunya adalah gaya kepemimpinan fasilitatif,” kata Andi.

 

Secara sederhana kepemimpinan fasilitatif adalah kepemimpinan yang memberdayakan setiap komponen manusia yang terlibat dan bertanggung jawab dalam organisasi. “Esensi dari kepemimpinan fasilitatif menurut Jeffrey Cufaude di antaranya membangun koneksi dan membantu orang lain memberikan makna, memberikan arahan tanpa sepenuhnya mengambil kendali, membuka ruang pendapat dan umpan balik, fokus pada pengembangan kepasitas individu dan kelompok untuk mencapai lebih banyak hal secara mandiri, saat ini dan di masa depan, beroperasi dari posisi “menahan diri”,” papar Andi.

 

Perilaku utama yang dibutuhkan untuk menerapkan kepemimpinan fasilitatif yaitu memperjelas tujuan dan harapan organisasi, merancang dan melaksanakan proses fasilitasi, mengajukan pertanyaan terbuka, mendengarkan secara aktif dan penuh empati, mendorong partisipasi dan keberagaman, mengelola dinamika kelompok, dan membimbing kelompok.

 

“Teori Kontinum dari Tannembaum dan Schmidt (1957) memberi gambaran bahwa semakin besar kewenangan tim akan membuat organisasi semakin berkembang. Berikut tujuh tingkatan dari Teori Kontinum antara lain pimpinan membuat keputusan dan mengumumkannya, pimpinan menjual keputusan, pimpinan membuka ide untuk dialog, pimpinan membuat keputusan sementara dan mengundang diskusi, pimpinan mengemukakan masalah dan meminta pendapat untuk solusi serta mengambil keputusan, pimpinan menjelaskan situasi, menentukan parameter dan mengajak bawahan memutuskan, pimpinan mengizinkan bawahan mengidentifikasi mah, mengembangkan opsi, dan memutuskan Tindakan, dalam batas yang bisa diterima,” tutur Andi.

 

Kepemimpinan fasilitatif tentu bukan satu-satunya gaya kepemimpinan yang paling baik. Jika dicermati empat gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blancard: kepemimpinan instruktif; konsultatif; partisipatif; delegatif, setidaknya untuk organisasi yang sudah mulai berkembang kepemimpinan fasilitatif masih lebih baik dibanding kepemimpinan instruktif dan konsultatif. Semakin tim dilibatkan dalam pengambilan keputusan, semakin besar antusiasme dan tanggung jawab tim dalam melaksanakan hasil keputusan.

 

Facebook
Twitter
LinkedIn

Slide
BAKTI NUSA Siap Lepas 57 Penerima Manfaatnya dalam National Mission Bogor – BAKTI NUSA…
Apresiasi National Mission 2021, Anies Baswedan: “Sebuah Semangat yang Amat Baik” Bogor – Apresiasi…
Will it be Worth It? Will it be Worth It? – Long story short,…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *