BAKTI NUSA Pencetak Agen Perubahan
Bogor – Pemimpin dan pembelajar adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Sebab, menjadi seorang pemimpin tentu bukan sebuah peran yang mudah. Pemimpin tidak hanya sekadar memimpin, lebih daripada itu membutuhkan kesenian dan kecakapan. Pemimpin bukan merupakan bakat dari lahir, melainkan satu keterampilan yang bisa dibentuk dengan pengalaman.
Mengamati kondisi hari ini, menurut Muhammad Awaldi Rahman, Senior Curriculum Designer Ruang Guru & Alumni Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTI NUSA) Bandung, orang dewasa dihadapkan dengan kondisi yang menantang –belajar bukan lagi menjadi prioritas utama melainkan nomor dua bahkan prioritas kesekian. Padahal, semasa bangku sekolah dulu, belajar menjadi prioritas paling atas. “Dalam kuadran prioritas, belajar menempati bagan penting namun tidak mendesak untuk dilakukan dalam jangka pendek. Bagan penting dan mendesak sudah lebih dulu terisi oleh rentetan tugas-tugas pekerja (saya lebih suka menyebutnya pekarya). Maka, seringkali penyebab tidak belajar bukan kemalasan, namun kesibukan,” paparnya.
Di samping itu, perubahan atau disrupsi dalam pelbagai sektor kehidupan adalah sebuah keniscayaan. Disrupsi membawa volatilitas, ketidakpastian, kompleksitas, hingga ambiguitas. Akibatnya, kemampuan individu untuk bisa tetap bertahan bahkan berkembang tergantung pada kapasitas serta kapabilitasnya menjawab tantangan-tantangan tersebut.
“Mengutip Harvard Business Review, penelitian Lauren Keating, Peter Heslin, dan Susan Ashford tentang pengembangan kepemimpinan, memaparkan bahwa para pemimpin yang berada dalam ‘learning mode’ berpeluang lebih besar mengembangkan kapasitas, kapabilitas, dan keterampilan kepemimpinan mereka daripada rekan-rekannya. Artinya, dampak dari belajar bisa dikatakan signifikan terhadap peningkatan kompetensi seseorang, terlebih bagi seorang pemimpin,” jelas Awaldi Rahman.
Awaldi Rahman melihat potensi pemimpin di penerima manfaat BAKTI NUSA, ia percaya jika mereka adalah agen perubahan dalam peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti daya pikir, pengetahuan, hingga keterampilan.
“Intinya, seorang pemimpin pembelajar menjadi kebutuhan dan tuntutan untuk menjawab era penuh dengan perubahan yang begitu cepat dan pesat. Sebab, seorang pemimpin harus mampu mengambil peran dalam situasi yang kerap berubah-ubah. Keterampilan dan pengalamannya yang membuatnya mampu mengelola perubahan tersebut. Meminjam perkataan Warren Bennis, kepemimpinan tidak bisa diajarkan, namun bisa dipelajari melalui pengalaman. Dan di BAKTI NUSA para pemuda mendapatkan semuanya,” pungkas Awaldi Rahman.
Ia mengajak anak muda Indonesia mendaftar BAKTI NUSA 13 agar bisa mengaktualisasikan diri demi wujudkan Indonesia berdaya.