Pemberdayaan: Ketulusan sebagai Investasi Menuju Kesuksesan

Pemberdayaan: Ketulusan sebagai Investasi Menuju Kesuksesan

 

Bogor – Pemberdayaan hal umum yang selalu disandingkan dengan kata masyarakat. Pemberdayaan memiliki nilai jual tinggi sebagai sebuah ide untuk menemukan panggung dalam karir terutama politik. Masyarakat pada umumnya akan membuka diri ketika ada orang atau sekelompok orang yang ingin memberikan bantuan.

 

Menurut Saadul Rijal, Penerima Manfaat Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTI NUSA), bantuan bisa berupa tenaga, uang, program atau hal lain yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat, namun hal yang sering terjadi adalah pemberdayaan merupakan agenda formalitas.

 

“Pemberdayaan dalam kamus bahasa Indonesia memiliki bentuk kata pertama yaitu daya. Daya merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak. Ketika ditambahkan kata ‘ber-’ di depannya maka hal tersebut menjadi sebuah tindakan melakukan sesuatu,” kata Rikal. Ia menerangkan jika pemberdayaan dilakukan untuk membuat masyarakat mampu melakukan sesuatu hal yang bisa mengubahnya dalam konotasi positif, pemberdayaan hadir sebagai gerakan untuk bertranformasi  bersama menjadi lebih baik. Gerakan ini mendorong arah perubahan yang nyata sebagai kontribusi kemanusiaan yang berasaskan UUD 1945 yaitu memajukan kesejahteraan umum.

 

“Masyarakat merupakan tatanan kehidupan sosial yang terbentuk mellaui proses panjang dalam berhimpun sehingga terjadi proses penyesuaian dan kesepakatan yang dilakukan antar pihak guna menjaga ketertiban bersama. Karakteristik  masyarakat memiliki pola yang berbeda satu dengan yang lainnya. Melihat masyarakat hanya sebagai objek pengabdian tapi harusnya sebagai subjek pengabdian. Masyarakat bukan orang yang tidak tahu menahu tentang dunia. Masyarakat memiliki pola tersendiri dalam menjalani kehidupan dan sistem tersebut yang menjaga kepribadian luru mereka. Hal ini sulit dipahami oleh seorang pemberdaya. Biasanya pemberdaya hadir sebagai orang yang menurunkan program tanpa tahu kebutuhan dari masyarakat secara langsung,” papar Rijal

 

Menjadi seorang pemberdaya merupakan sebuah manifestasi manusia yang bermanfaat. Nabi Muhammad bersabda, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain; namun hari ini pemberdayaan hadir sebagai agenda kepentingan yang tidak memberikan dampak berkelanjutan. Pemberdayaan harus dilakukan dengan mengedepankan kebutuhan dan masalah yang terjadi di tempat pemberdayaan yang kita lakukan. Pemberdayaan harus dilakukan dengan perasaan dan kehadiran penuh atau mindfullnes. Pemberdayaan harus berasaskan karena energi ketulusan akan mengurangi resiko dan meningkatkan keberhasilan program. Ketulusan itu di lihat lebih jauh ke dalan, karena berhubungan dengan proses memaknai masyarakat sendiri.

 

 

Ketulusan dilihat dari kemampuan pemberdaya memahami karakteristik masyarakat atau subjek kegiatan. Ketulusan akan mudah dirasakan dan membuat kenyamanan antar pemberdaya dan masyarakat. Ketulusan akan memunculkan kesan postif seperti kejujuran yang akan membuat masyarakat yakin. Kejujuran menjadi poin utama, karena berkegiatan akan membuat pemberdaya berinteraksi dan memberikan kesan membangun dalam program yang dijalankan. Ketulusan sebagai seorang pengabdi akan menentukan sukses dan sustain.

 

Facebook
Twitter
LinkedIn

Slide
BAKTI NUSA Siap Lepas 57 Penerima Manfaatnya dalam National Mission Bogor – BAKTI NUSA…
Apresiasi National Mission 2021, Anies Baswedan: “Sebuah Semangat yang Amat Baik” Bogor – Apresiasi…
Will it be Worth It? Will it be Worth It? – Long story short,…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *