Kolaboraksi Jiwa Kerelawanan TBM hingga Mendeklarasikan TBM Ramah Anak
Sumedang – Dinas Pendidikan Jawa Barat bekerja sama dengan Forum TBM Jawa Barat mengadakan Kemah Literasi Jawa Barat sebagai salah satu langkah melestarikan budaya. Mengusung tema Literasi Budaya Bandung Purba, kemah literasi Jawa Barat diadakan pada tanggal 2-4 September 2022. Selama 3 hari 2 malam kegiatan dilaksanakan di Bumi Perkemahan Kiarapayung, Jatinangor, Kab. Sumedang. Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa pun tidak melewati kesempatan pada kegiatan per 2 tahun ini. Melalui Makmal Pendidikan, delegasi diikutsertakan dalam kegiatan tersebut guna mempererat jaringan TBM di sekitar Jawa Barat.
Diadakannya kegiatan ini sebagai salah satu wadah untuk membangun kerjasama antar TBM se-Jawa Barat. Seperti kutipan Bung Hatta “Indonesia tidak akan besar karena obor di Jakarta, tapi Indonesia akan bercahaya karena lilin-lilin yang tersebar di desa”. Sejalan dengan kutipan tersebut, maka kegiatan ini ada untuk menyalakan kembali api-api kecil yang mungkin meredup. Kegiatan TBM ini bersifat kerelawanan, dimana ada kalanya para pegiat membutuhkan dorongan semangat dari TBM lainnya. Sehingga kegiatan kolaborasi dan semangat kerelawanan tetap menyala. Kekhawatiran akan budaya sunda yang semakin termakan oleh zaman, pada kesempatan kali ini kemah literasi mengangkat tema Bandung Purba. Hal ini dikarenakan banyak kebudayaan yang masih tersebar di Jawa Barat yang tidak terdokumentasikan. Harapannya dengan kegiatan ini budaya tersebut dapat dilestarikan.
Sebanyak 200-an pegiat literasi ikut meramaikan kegiatan kemah literasi ini. Sebelum kemah dimulai, setiap delegasi TBM sebelumnya telah mempersiapkan kebudayaan dengan berbagai aspek kehidupan yang nantinya akan dipresentasikan. Salah satu tujuan kegiatan tersebut adalah untuk mengenalkan ke-khas-an masing-masing daerah. Pada hari pertama, acara dibuka secara simbolik dengan penggoyangan angklung dan diikuti Tari Jaipong bersama dengan peserta kegiatan kemah. Setelah itu pematerian pertama oleh T. Bachtiar, Ahli Geologi yang memaparkan materi mengenai Bandung Purba dimulai.
Pada sesi selanjutnya, Kang Opik selaku Ketua Forum TBM memberikan materi “Penguatan Forum TBM”. Di kesempatan ini beliau menjelaskan bahwa TBM ada karena masyarakat dan untuk masyarakat. Untuk meningkatkan minat baca di lingkungan, sebagai pegiat literasi pun harus mengembangkan kecakapan literasi diri sendiri, sehingga lingkungannya pun akan mengikuti. Menurut Kang Opik mengenai TBM adalah “Bukan kuantitas tapi sekuat apa konsisten kerelawanan”. Setelah itu dilanjutkan tanya jawab mengenai kendala yang ada di setiap TBM yang hadir. Kegiatan kemah literasi hari pertama pun ditutup dengan lomba pembacaan puisi “Bulan Pasir Pawon” karya Etti RS dan juga dilanjutkan dengan beberapa penampilan dari peserta yang hadir.
Pada hari kedua, acara diawali dengan senam pagi dan dilanjutkan pada materi ketiga yang diisi oleh Bayu Gawtama selaku founder dari Sekolah Relawan. Dimana pada kesempatan ini Kak Gaw membawakan materi tentang “Semangat Kerelawanan dalam Gerakan Literasi”. Beliau berpendapat bahwa “relawan adalah orang yang membantu orang lain mengejar mimpinya”. Sejalan dengan tersebarnya TBM di berbagai wilayah, TBM berperan untuk meningkatkan minat baca masyarakat yang harapannya akan menumbuhkan impian-impian yang bahkan tidak terpikirkan oleh masyarakat tersebut. Kebanyakan kondisi saat ini adalah anak muda bukan tidak mau ikut kegiatan kerelawanan, tetapi mereka tidak tahu. Maka dari itu TBM memberikan ruang kerelawanan bagi anak muda untuk mengaktualisasikan diri mereka.
“relawan itu dimulai dari ruang bukan uang” – Kak Gaw
Sesi selanjutnya diisi oleh Prof. Davidescu Cristiana Victoria selaku Direktur Pasca Sarjana UNLA dan Jati Diri Masyarakat Sunda oleh Etty RS selaku Budayawan untuk memperkuat karakter dan tema yang diangkat pada kemah literasi tahun ini. Sebagai pelengkap, pematerian selanjutnya membahas menganai dokumentasi budaya oleh Kusnandar, M.Si selaku dosen UNPAD. Dimana sebuah budaya atau jati diri (mencakup budaya dan bahasa) harus dilestarikan melalui pendokumentasian. Sejarah terbentuk karena terdokumentasikan melalui rekaman yang berupa tulisan, gambar, dan lain sebagainya. Maka dari itu, para pegiat TBM yang tersebar di beberapa daerah harus terbiasa mulai menulis.
Maman Suherman atau lebih akrab disapa Kang Maman selaku Penasehat Forum TBM, membawakan materi penutup kemah literasi yang berjudul “Menyempurnakan Gerakan TBM dengan Menulis”. Pada penjelasannya Kang Maman berpendapat bahwa dengan membaca, kita dapat hidup. Warisan yang paling berharga adalah ilmu dan ilmu didapatkan dengan membaca. Setelah minat membaca sudah tumbuh, pegiat TBM hadir untuk menumbuhkan kreativitas masyarakatnya. Dengan begitu TBM sedikit demi sedikit menguatkan akarnya hingga akan terus hidup. Dan kang Maman menutup pematerian dengan kalimat “kaya itu adalah dua hal, cukup dan bahagia”. Kemah Literasi 2022 pun ditutup secara resmi dengan pendeklarasian TBM Ramah Anak oleh Aam Siti Amanah (Ketua Forum TBM Jawa Barat), besera hadirnya Kang Opik dan Kang Maman.
Acara kemah literasi 2022 sangat kental dengan budaya sunda dikarenakan kekhawatiran akan literasi budaya di masa yang akan datang. mengenalkan kembali budaya dengan adanya penampilan-penampilan setiap daerah yang menampilkan ke-khas-an setiap daerahnya maupun secara materi yang disampaikan oleh para narasumber. Selain itu tidak lupa juga untuk memupuk kembali semangat kerelawanan para pegiat literasi untuk saling berkolaborasi satu sama lain antar TBM-nya. Hingga semangat yang di dapat dari kemah literasi kali ini tidak berakhir begitu saja, tetapi dapat diimplementasikan di TBM masing-masing.