Soroti Kepemimpinan Profetik dalam Pemberdayaan, Dompet Dhuafa Gelar FGD Berbalut Pagelaran Seni Budaya
Jakarta – Meneropong perubahan sosial yang terjadi sebagai dampak dari pemberdayaan masyarakat, Dompet Dhuafa dan GREAT Edunesia menghelat Fokus Grup Diskusi (FGD) Budaya dan Pemberdayaan ke-4 tentang Kepemimpinan Profetik dalam Pemberdayaan berbentuk pagelaran pentas seni budaya.
Acara yang berlangsung di Sasana Budaya Dompet Dhuafa, Gedung Filantropi, Jakarta pada Selasa (12/11) ini dihadiri Parni Hadi, Ketua Dewan Pembina Yayasan Dompet Dhuafa Republika (YDDR); Bambang Ismawan, Ketua Dewan Pembina Yayasan Bina Trubus Swadaya (YBTS), Ahmad Juwaini, Ketua Pengurus YDDR; Rahmad Riyadi, Ketua Pengurus YYDR; Andi Makmur Makka, Pengurus YDDR; Suprawoto, Ketua Yayasan Pendidikan Wartawan Jawa Timur (YPWJT); Otok S. Pamuji, Pengurus Yayasan Bina Trubus Swadaya (BTS); Bella Fawzi, Influencer; Olivia Zalianty & Marcella Zalianty, Aktris; Ikang Fawzi, Artis; Dwiki Dharmawan, Musisi; dan Farid Gaban, Jurnalis Senior.
Menurut Haryo Mojopahit, GM Kepeloporoan Pendidikan GREAT Edunesia, muatan-muatan FGD mengenai kepemimpinan profetik memberdayakan masyarakat lokal disampaikan melalui pementasan Ketoprak dan Wayang Orang Ande-Ande Lumut berlatar penyatuan dua kerajaan besar di Jawa Timur, yaitu Janggala dan Kediri oleh para lansia berdaya. “Sebab itulah, guna mempertemukan para pemangku kepentingan di sektor pemberdayaan masyarakat dan mendorong kolaborasi berbagai pihak, FGD Budaya dan Pemberdayaan ke-4 kami bekerja sama dengan Suluk Nusantara (SN),” tambah Haryo.
FGD ke-4 berfokus pada pengidentifikasian ciri kepemimpinan profetik dan praktiknya di budaya Indonesia. “Tak sampai di sana, kami turut menampilkan pemberdayaan lansia berbingkai kebudayaan tradisional sebagai aksi nyata pemberdayaan. Para lansia diajak berkumpul, menari, dan menyanyi seni budaya tradisional Jawa, karena belum banyak kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk lansia. Kami ingin mengubah konsep Sepuh, Sepi, dan Sepah (3S) menjadi Senang, Sehat dan Sejahtera (S3),” terangnya.
Dalam lakonnya sebagai Raja Jenggala, Parni Hadi menyampaikan bahwa budaya memperhalus perasaan dan perlu dilestarikan. “Saya pikir budaya memperhalus perasaan. Saya pikir inilah yang harus kita lestarikan, memperhalus perasaan, olah rasa,” ujarnya
Kegiatan ini juga menandakan dua seremonial penting bagi YDDR yakni penandatangan nota kesepahaman antara YDDR dengan YPWJT dan selamatan peresmian Sasana Budaya Gedung Filantropi Dompet Dhuafa.