Saatnya Mahasiswa Berbenah dan Bergerak!
Jakarta – Kualitas lulusan perguruan tinggi di Indonesia masih menjadi permasalahan yang belum terselesaikan sampai sekarang. Banyak perusahaan mengeluhkan minimnya kemampuan para lulusan perguruan tinggi di Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa kualitas lulusan perguruan tinggi masih belum optimal.
Adanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) memaksa perguruan tinggi di Indonesia meningkatkan kualitas lulusannya. MEA memberikan dampak begitu besar terhadap keterserapan tenaga kerja lulusan perguruan tinggi. Salah satunya menyebabkan semakin tingginya persaingan. Mereka tak lagi hanya bersaing dengan sesama mahasiswa Indonesia, tapi juga dengan lulusan perguruan tinggi luar negeri. Di sisi lain revolusi industri 4.0 mengharuskan perubahan peran institusi perguruan tinggi. Peran sebagai institusi pembelajaran tradisional tak dapat dipertahankan lagi dan perlu diubah menjadi institusi pencipta pengetahuan. Sementara itu, perencanaan yang dibuat secara acak (by accident) harus diubah menjadi perencanaan strategis (by design). Dilihat dari sudut tantangan yang dihadapi sekarang maka pendekatan komparatif harus diubah menjadi pendekatan kompetitif.
Menurut Muhammad Saepudin, Kepala Aliansi Strategis GREAT Edunesia, institusi perguruan tinggi ditantang bisa menyelaraskan dan memenuhi kualitas lulusannya agar siap pakai di dunia industri. “Jangan sampai para sarjana yang baru lulus justru menjadi pengangguran baru di Indonesia,” ujarnya. Sampai Agustus 2019, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) angka sarjana yang menjadi pengangguran di Indonesia sebesar 737.000 orang. Mereka memiliki rentang pendidikan dari S1 sampai S3. Jumlah tersebut 5,67 persen dari total angkatan kerja sekitar 13 juta orang. Persentase tersebut lebih besar dari pengangguran nasional sebesar 5,28 persen. Data tersebut menunjukan bahwa kualitas lulusan perguruan tinggi Indonesia belum optimal. Peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan perguruan tinggi supaya kualitas lulusannya memenuhi standar nasional dan internasional.
“Satu hal yang paling penting adalah dengan melakukan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) adaptif dengan perkembangan zaman dan teknologi. Pengembangan SDM adaptif menjadi kunci sukses dalam meningkatkan kualitas lulusan perguruan tinggi di Indonesia. SDM yang adaptif diharapkan agar senantiasa mampu melakukan perubahan yang berkemajuan di segala bidang kehidupan. Mereka harus mampu menjawab tantangan yang diberikan oleh kemajuan zaman dan tantangan yang terjadi di tengah masyarakat. Perencanaan pengembangan SDM tersebut dapat melibatkan BAPPENAS (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional),” terang Muhammad Saepudin.
Mahasiswa tak selamanya belajar di dalam kelas maupun praktik di dalam laboratorium, mereka akan terjun langsung di tengah masyarakat. Sebab itulah pengembangan kreativitas dan soft skill perlu diperhatikan institusi perguruan tinggi.
“Karena pada dasarnya mahasiswa tak hanya dibekali dengan kemampuan akademik. Tetapi harus disertai dengan kemampuan kreativitas lainya. Materi kewirausahaan harus digeliatkan dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Mahasiswa tak hanya harus menjadi pekerja terus sepanjang zaman. Mahasiswa perlu dibekali materi kewirausahaan supaya bisa membuka usaha sendiri dan mampu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat lainya,” kata Muhammad Saepudin.
Upaya peningkatan kualitas lulusan perguruan tinggi harus dilakukan terus-menerus. “Mewujudkan masyarakat maju dalam pembangunan bangsa perlu langkah g masif dan berkelanjutan. Tak hanya sebuah angan-angan, tapi maju dan tingginya kualitas lulusan perguruan tinggi bisa terwujud bila negara mau membenahi segala kekurangan dan melakukan langkah yang nyata,” tegas Muhammad Saepudin.