Perjuangan Anak Sepaku ke Kyoto University
Septian Hadi Susetyo, akrab dipanggil Aan, tumbuh besar di daerah terpencil di Kawasan ITCI, Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Semasa kecil Aan tinggal di daerah dengan asupan listrik terbatas, namun hal tersebut tak membuat semangatnya kendur, ia tetap gigih belajar. Orang tua Aan merupakan pedagang pasar keliling, mereka berharap Aan bisa lebih dari ayah dan ibunya yang merupakan tamatan SMA dan SD.
Kegigihan Aan membawanya berkuliah di Teknik Lingkungan Universitas Mulawarman. Tiga bulan sebelum wisuda, Aan diminta bergabung di tempatnya magang, sebuah perusahaan kontraktor migas blok mahakam di bagian HSE (Health Safety and Environmental). Namun belum genap dua tahun bekerja, Aan mengajukan PHK. Bermodal pesangon , Aan nekad mengambil keputusan berkuliah S2 secara mandiri di Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya. Selama menempuh S2, Aan mencoba keluar dari zona nyaman dan mulai aktif dalam proyek pembangunan, surveyor, konsultan dan juga asisten riset dosen.
Setamat berkuliah Aan melihat peluang di posisi dosen bidang K3 di Institut Teknologi Bandung (ITB). Meskipun sempat ragu bisa lolos, ia tetap mendaftarkan dirinya di bursa bergengsi tersebut. Alhamdulillah atas kuasa Allah, nama Septian Hadi Susetyo tercantum dalam lampiran pengumuman akhir sebagai dosen ITB.
Semangat Aan menimba ilmu tidak terputus di sini. Baginya melanjutkan S3 ialah sebuah keharusan, terlebih bagi dosen non PNS. Di tahun pertamanya sebagai dosen ITB Aan mulai mencari kampus sesuai bidang yang ia geluti, riset. Di tengah kesibukannya mengaajar di ITB, Aan mulai mengumupulkan berkas administrasi, memenuhi kualifikasi bahasa Inggris, hingga menghubungi profesor yang tak terhitung jumlahnya. Berkali-kali menghadapi kegagalan tidak menyurutkan tekadnya, Aan semakin gigih menggapai impiannya.
“Keterbatasan bukanlah halangan untuk mencapai cita-cita, bercita citalah setinggi-tingginya, perjuangkanlah cita-citamu dan yakinlah kepada Allah bahwasanya setelah kesulitan akan ada kemudahan”, kalimat ini menjadi penguat setiap kali Aan merasa semangatnya mengendur.
Sekali lagi Allah menunjukkan kuasanya, tahun 2022 Aan diterima di dua universitas sekaligus. Hanya saja ia lebih memilih Kyoto University untuk melanjutkan studi S3-nya. Menurut Aan, Kyoto University memiliki reputasi kampus sangat baik di Jepang. Di Kyoto perjuangan Aan memasuki lembar baru. Perjuangan dan seni hidup siap ia hadapi demi menggapai asa dan cita yang diimpikan. Ia berharap bisa merasakan manisnya hasil perjuangan di akhir nanti.