Alvi Syahrin bagikan tips jadi penulis best seller di Indonesia.

Kemampuan untuk menyampaikan ide secara efektif melalui tulisan menjadi keterampilan yang sangat berharga guna memberikan pengaruh pada orang lain. Demikianlah yang disampaikan Bayu Candra Winata, Ketua Beastudi Indonesia GREAT Edunesia dalam welcoming speech Facilitator Development Programme.

 

“Kegiatan ini merupakan bagian dari program development kita sebagai seorang fasilitator. Tentu pasca ini saya berharap teman-teman memiliki kemampuan mengolah pikiran dan perasaan menjadi kata-kata bermakna, sehingga tulisan kita bisa dinikmati dan memberikan pengaruh dan perubahan baik bagi orang-orang disekitar kita. Dan jangan lupa menulislah dengan hati, karena apa yang dimulai dari hati akan sampai ke hati” pesan Bayu.

 

Kegiatan yang dilaksanakan pada Minggu, 12 Mei 2024 secara daring tersebut diikuti oleh seluruh Fasilitator dan Etoser dari 16 Wilayah program Etos ID. Guna membangkitkan semangat literasi dalam menciptakan fasilitator berkualitas, Etos ID langsung menghadirkan Alvi Sahrin, Penulis buku best seller seputar Self Improvement. Karya-karya Alvi diantaranya Jika kita tak pernah jatuh cinta, jika kita tak pernah jadi apa-apa, jika kita tak pernah baik-baik saja, loneliness, insecurity dan overthinking.

 

Dalam sesi webinarnya, Alvi berbagi pengalaman selama 15 tahun menjadi penulis best seller kepada peserta. Alvi memotivasi kepada peserta untuk senantiasa rajin membaca dan menulis karena kedua hal ini menjadi pondasi dalam membuat tulisan yang baik.

 

“15 tahun lalu aku enggak suka baca buku, sampai akhirnya aku menemukan buku yang cocok banget buat aku. Jadi menurutku tidak ada orang yang enggak suka membaca, mereka cuma belum menemukan buku yang cocok aja buat mereka baca. Jika kalian ingin menjadi penulis best seller maka mulailah dengan sering baca buku, saya sendiri Ketika mau buat tulisan seenggaknya harus baca minimal 10 buku yang relevan supaya aku bisa dapat banyak sudut pandang dan tau apakah ideku baru atau sudah banyak yang bahas” ucap Alvi

 

Selain itu Alvi berbagi tips menghasilkan tulisan yang baik.

“Ingat, kita itu penulis, bukan editor. Jadi kamu harus siap dengan tulisan jelek, Setelah semua ide tertuang baru rapikan. Bikin tulisan kasar dulu, gak apa apa jangan sampai terlalu berekpektasi akhirnya enggan menulis” tips Alvi.

 

Selanjutnya Alvi pun mengenang tentang peran media sosial dalam memperkenalkan karyanya.

 

“Tunjukan karyamu di media sosial, temukan cara paling kreatif. Aku pun dulu seperti itu, terus konsisten dengan pikiran dan karya sampai punya follower. Akhirnya suatu saat karyaku dilihat penerbit” kenang Alvi

 

Mengakhiri sesi pembinaan, Alvi memotivasi peserta untuk mengedepankan ketulusan dalam menulis.

 

“Jangan cuma bercita-cita terkenal atau menjadi penulis handal, menulislah dengan tulus, menulislah dengan ikhlash karena Allah. Menulis itu banyak cobaan: insecure dengan kemampuan; bosan; gak punya ide; itu wajar karena untuk mendapatkan mimpi yang besar maka pengorbanan dan ujiannya pun besar.” tutup Alvi

 

Adapun Ricky Hardiansyah, Koordinator SDM & Pengembangan Etos ID menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan kali ini selain untuk ajang menimba ilmu namun juga untuk memperkuat suasana kekeluargaan antar fasilitator.

 

“Kita tidak mampu berjalan sendiri dalam mewujudkan misi besar kemanusiaan Dompet Dhuafa tanpa dukungan dari berbagai pihak. Semoga acara ini bisa memperkuat silaturahim dan kekeluargaan antar fasilitator dalam menjalankan tugas.” ucap Ricky.

 

Etos ID sendiri merupakan program investasi SDM strategis GREAT Edunesia Dompet Dhuafa melalui peningkatan (Improvement) dan pengembangan (Development) kapasitas serta integritas pemuda (Mahasiswa) sebagai penggerak pembangunan daerah menuju Indonesia Berdaya. Etos ID bertujuan untuk mewujudkan SDM strategis daerah yang berintegritas, profesional dan trasnformatif sebagai upaya mendukung percepatan pembangunan daerah.

Slide

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *