Sebuah Kisah Fun KOMED Activities di Batubara

Sebuah Kisah Fun KOMED Activities di Batubara

Oleh: Ira, Kontributor

Jumat, 14 Oktober 2022 tepat pukul 08.15 WIB pesawat yang saya tumpangi mendarat di bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatra Utara. Membuncah rasa ketika akhirnya bisa menjejak langkah di provinsi yang terkenal dengan penduduknya yang bermarga. Terbayang oleh saya selama tiga hari ke depan akan banyak berinteraksi dengan orang-orang dengan logat khas bataknya. Namun, kemudian saya diberi tahu bahwa wilayah yang akan saya kunjungi sebagian besar warganya adalah orang-orang melayu, bahkan banyak juga yang dari suku jawa maupun sunda. Pantas saja, saat tiba di sana tidak ada bahasa batak yang mampir ke telinga ini.

Bukan tanpa alasan saya meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk datang ke sini. Komunitas Media Pembelajaran (KOMED) lah yang berbaik hati mengutus saya untuk berbagi kepada guru-guru di Batubara binaan Program Organisasi Penggerak (POP) Sekolah Literasi Indonesia (SLI) dalam kegiatan Fun KOMED Activities (FKA) dengan salah satu tujuannya adalah menginisiasi komunitas belajar para guru di daerah ini. Kabupaten Batubara yang saya singgahi menjadi salah satu titik pelaksanaan FKA secara serempak di 12 wilayah dari tanggal 1 hingga 15 Oktober 2022. 11 wilayah lainnya yaitu Asahan, Bogor, Kulon Progo, Hulu Sungai Utara, Gowa, Takalar, Donggala, Dompu, Bima, Lombok Timur, dan Denpasar.

Awalnya saya mengira tempat kegiatan dekat dengan bandara, tapi ternyata membutuhkan waktu tempuh tiga jam untuk bisa sampai ke Daerah Bangun Sari yang menjadi lokasi acara. Perjalanan yang panjang tidak terasa melelahkan karena sejauh mata memandang jejeran pohon kelapa sawit melambai-lambai menjadi pemandangan yang tak terlupakan. Setelah tiba di penginapan saya pun beristirahat sambil mengikuti pelatihan lewat Google Meet hingga asar menjelang. Selepas itu, Guru Ridwan sebagai Kawan SLI atau yang disebut juga dengan istilah fasilitator daerah (fasda) mengajak saya makan durian di pinggir jalan. Beliau mengatakan kalau makan di tempat penjualnya dan dapat durian yang kurang pas maka bisa langsung ditukar. Senang sekali rasanya, bisa menikmati buah syurga ini dalam jumlah banyak dengan harga terjangkau. Guru Ridwan mengatakan bahwa durian-durian yang berukuran kecil dan rasanya manis itu tidak berasal dari daerah Batubara ini, tapi kebanyakan dari Sibolga.

Hari Sabtu pagi saya sudah sampai di lokasi FKA yakni SDN 08 Bangun Sari dengan perasaan terpukau karena melihat halamannya yang luas membentang dan nampaknya jadi tempat menyenangkan untuk melakukan beragam aktivitas fisik. Esoknya ketika berkeliling Batubara, saya paham bahwa hampir semua bangunan di daerah ini memiliki halaman yang luas, baik itu rumah, sekolah, gedung pemerintahan, dan lainnya. Murid-murid berseragam pramuka hilir mudik di lapangan dengan gembira sambil memandang ke arah saya, mungkin dalam hati mereka bingung dengan orang asing yang datang ke sekolahnya. Meski hari sabtu, sekolah di sini tetap masuk untuk kegiatan olahraga dan literasi. Setelah bercengkrama dan berfoto bersama dengan murid-murid, saya bergegas menuju tempat acara. Ruangan yang dipakai adalah ruang kelas 3 dan ruang pameran. Di dalam ruangan hanya ada Guru Ridwan yang sedang sibuk menyiapkan peralatan penunjang. Dari tiga Kawan SLI yang ada di sini, memang hanya beliau yang mengajar di sekolah ini dan sejak kemarin selalu siaga membantu jika ada hal yang saya butuhkan. Ketiga Kawan SLI ini tempat tinggalnya berjauhan sehingga agak sulit bertemu, maka untuk koordinasi dilakukan secara virtual.

Sejatinya acara akan dimulai pukul 08.00 WIB, tapi hingga jarum jam menunjukkan ke angka itu, belum ada 1 peserta pun yang datang. Saya sudah bersiap di meja depan dengan laptop yang menyala. Sambil menunggu acara dimulai, saya memasukkan nama peserta ke aplikasi Wheel of Names untuk diputar saat pembagian bingkisan. Sekitar jam 8 lewat 10 menit, peserta mulai berdatangan dan memenuhi ruangan. Saat saya cek daftar hadir, jumlahnya ada 58 orang. Nampaknya, semua orang sudah siap untuk memulai acara, tapi ternyata kami harus menunggu petinggi Dinas Pendidikan Kabupaten Batubara datang agar bisa memberikan sambutan. Panitia dan peserta mulai gelisah ketika yang ditunggu belum datang juga, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 9 dan bisa dipastikan kegiatan akan mundur dari rencana awal. Beberapa menit kemudian, Kepala Disdik yakni Drs. Darwinson Tumanggor, M. Si. dan Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan yaitu bapak Rahmad Zein, M. Pd tiba di lokasi. Namun, lagi-lagi kami harus menunggu karena beliau ingin istirahat terlebih dahulu.

Tepat pukul 09.20 kegiatan dibuka Teti sebagai pembawa acara (MC). Beliau adalah fasda yang juga seorang kepala sekolah. Meski sedang kurang fit dan masih batuk-batuk, beliau tetap semangat dalam menjalankan tanggung jawab. Dilanjutkan oleh doa dipimpin Aswandi, Ketua KKG dan saat kegiatan berlangsung menjadi peserta paling aktif. Kemudian Kadis diberi kesempatan untuk memberikan pengarahan. Paparan beliau amat mencerahkan dan mendukung kegiatan FKA ini sebagai wadah para guru dalam belajar guna mengembangkan potensi. Setelah foto bersama, beliau dan rekannya langsung pamit dan meninggalkan lokasi. Pada rundown, mata acara berikutnya adalah selayang pandang KOMED, tapi Eka yang merupakan pemateri sekaligus fasda belum hadir karena ibunya sedang sakit sehingga beliau izin datang terlambat. Penanggung jawab materi ini pun dialihkan ke Guru Ridwan, tapi beliau pun masih menemani petinggi disdik yang akan pulang, hingga akhirnya MC menyerahkan mic pada saya agar langsung mengisi materi untuk efektivitas waktu.

Materi pertama yang saya bawakan adalah Kelas Literasi Kreatif (KLiK). Meski waktu yang saya punya hanya satu jam, tapi saya berusaha memaparkan secara lengkap disertai demonstrasi salah satu aktivitas KliK, yang diberi nama Serap Air. Pada sesi ini saya menyediakan empat buah gelas bekas air mineral yang sudah diisi dengan air dan ditetesi pewarna merah. Saya pun menyiapkan potongan kertas, tisu, plastik, dan kain untuk kemudian dicelupkan ke dalam air berwarna. Peserta saya ajak untuk mempraktikkan tahapan KliK dengan melihat, mengamati, menemukan masalah atau menentukan tujuan, merangsang pemahaman, dan menyimpulkan hasilnya. Semua yang hadir antusias dan aktif berpendapat. Setelah materi selesai, peserta dikelompokkan berdasarkan sekolah masing-masing dengan duduk melingkar guna memudahkan dalam berdiskusi untuk membuat kerangka aktivitas KliK. Perlu waktu bagi peserta untuk membuat sebuah rancangan karena ini materi yang baru didapatkan. Namun, akhirnya semua bisa menyelesaikan latihan dengan baik.

Acara dilanjutkan dengan selayang pandang KOMED oleh Eka yang merupakan kepala sekolah sebuah SD Negeri. Beliau amat bersemangat dalam memaparkan sehingga rencananya materi ini hanya disampaikan selama 10 menit bertambah menjadi 30 menit. Beliau juga memotivasi secara luar biasa agar para guru di sini membentuk dan bergabung dengan KOMED karena banyak sekali manfaatnya. 30 menit menjelang zuhur, saya membawakan materi kedua tentang media pembelajaran sederhana disertai contoh-contohnya. Lalu ditunda dengan istirahat, salat, dan makan selama satu jam. Setelah itu saya kembali mengambil alih acara untuk mengajak para peserta praktik membuat media pembelajaran dengan materi bebas, tapi sesuai dengan mata pelajaran yang sudah dibagi-bagi dalam bentuk kocokan untuk tiap kelompok. Ada kelompok yang dapat mata pelajaran PKn, IPA, dan lain-lain. Alat dan bahan untuk membuat media disiapkan secara mandiri oleh peserta melalui info yang saya sampaikan 1 pekan sebelumnya. Bahan utama yang digunakan adalah barang bekas agar sesuai dengan salah satu prinsip dalam membuat media yakni cost. Bahan penunjang lainnya dibebaskan, sehingga menarik sekali melihat meja tiap kelompok penuh dengan aneka ragam properti seperti mobil-mobilan, manik-manik, pita kain, dan lain sebagainya.

Untuk menambah semangat peserta, fasda sebagai panitia sudah menyiapkan hadiah untuk dua kategori, yakni peralatan terlengkap dan media terbaik. Dalam waktu satu jam peserta berhasil menyulap bahan mentah menjadi media pembelajaran yang bervariasi dan multifungsi. Perwakilan peserta diberikan kesempatan untuk mempresentasikan bahan yang digunakan, cara pembuatan, dan cara menggunakannya. Semua kelompok membawa peralatan dengan lengkap dan karya medianya sangat bagus serta menarik untuk digunakan, sehingga saya yang dipercaya untuk memilih juaranya sempat kebingungan. Namun, akhirnya saya tentukan satu yang terbaik di antara yang baik, yakni media Adiksimba mata pelajaran bahasa Indonesia sebagai media terpilih.

Ketika materi kedua selesai, hujan turun dengan derasnya, kilat menyambar, serta lampu mati beberapa kali. Suasana menjadi tidak kondusif, tapi masih ada satu agenda yang harus berjalan, yakni Focus Group Discussion (FGD) untuk menginisiasi komunitas di wilayah ini. Suara saya seperti berlomba dengan bunyi hujan, dan beberapa kali harus berhenti berbicara karena petir menggelegar. Saya mencoba memberikan tautan jamboard pada peserta untuk mengisi pertanyaan pemantik dalam FGD dengan tujuan semua jawaban bisa langsung dilihat seluruh peserta melalui layar serta memudahkan dalam perekapan. Namun, ternyata banyak kendala dari mulai gadget, kuota tidak ada, sinyal tidak dapat, atau bingung karena belum pernah menggunakannya. Saya pun memberi alternatif dengan membagikan kertas Post It. Namun, nyatanya hanya beberapa orang saja yang menggunakannya, dan peserta menyampaikan bahwa segelintir orang tersebut sudah mewakili semua yang hadir. Hal ini kemungkinan karena suasana yang tidak nyaman sehingga peserta sudah merasa cukup dengan mendengarkan paparan saya.

Hasil akhir dari diskusi adalah semua peserta siap menjadi penggerak untuk terbentuknya KOMED di wilayah Batubara. Saya mendapat dua orang yang paling aktif selama FGD dan siap untuk menggerakkan rekan-rekan guru lainnya. Kedua guru  ini akan ditindaklanjuti bersama kawan SLI hingga KOMED bisa terinisiasi. Acara selesai pukul 4 lewat 10 menit dan hujan pun mereda hingga peserta bisa kembali ke pangkuan keluarga dengan bekal dari FKA. Alhamdulillah, semua proses telah dijalani, saya pun berkemas sambil berdoa agar harapan untuk membumikan KOMED di Batubara ini bisa segera terealisasi.

Slide

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *