Menjejak Prinsip Mencipta Pembelajaran Terbaik dari SLI
Bogor – Satu ungkapan yang sering kita dengar di dunia pendidikan adalah “Ganti Menteri Ganti Kurikulum”. Rasanya tidak sempurna jika seorang Mendikbud yang baru tidak membuat kurikulum baru. Pada hakikatnya, kurikulum baru itu bukanlah mengganti kurikulum yang lama, melainkan melengkapi kurikulum sebelumnya.
Menurut Andi Ahmadi, Pengelola Sekolah Literasi Indonesia (SLI) perubahan kurikulum adalah sebuah keniscayaan. Perubahan dilakukan untuk menyesuaikan kebutuhan dan perkembangan zaman. “Karena ia adalah keniscayaan, maka sebagai guru kita harus siap menghadapinya. Guru perlu berpandangan bahwa perubahan kurikulum adalah kesempatan memperkaya khazanah pengetahuan sebagai modal meningkatkan kualitas pembelajaran,” ujar Andi.
Kualitas pendidikan sangat bergantung pada seberapa berkualitas proses pembelajaran yang dilakukan sebab yang paling menentukan terhadap hasil belajar sesungguhnya adalah proses pembelajaran itu sendiri, bukan kurikulumnya. “Oleh karena itu, guru harus memahami seperti apa prinsip pembelajaran yang perlu diterapkan, apapun kurikulumnya,” tambah Andi.
Ia menjelaskan setidaknya ada empat prinsip pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam menciptakan pembelajaran yang interaktif, kreatif, bermakna, menyenangkan, dan menantang. “Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian peserta didik saat ini, sesuai kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakteristik dan perkembangan peserta didik yang beragam sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan,” terang Andi.
Guru perlu benar-benar memahami bahwa setiap anak memiliki keunikan masing-masing. Untuk mengetahui seperti apa keunikan dari murid yang akan ia ajar di kelas, guru bisa melakukan asesmen di awal tahun ajaran atau setiap awal topik pembelajaran. Data awal mengenai kondisi murid itulah yang nantinya bisa digunakan guru untuk merancang pembelajaran.
Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat. Pembelajaran yang baik itu bukan hanya membuat murid menjadi tahu, tetapi yang paling penting adalah bisa membuat murid menjadi cinta belajar. Kecintaan terhadap belajar akan membuat anak senantiasa berupaya untuk meningkatkan kompetensinya. Ketika anak sudah cinta dengan belajar, maka guru hanya perlu mendampingi anak untuk mencapai target belajarnya. Itulah sesungguhnya peran penting dari seorang guru.
Proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik secara holistik. Tujuan Pendidikan yang tertuang pada Pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
“Jika kita cermati tujuan tersebut mengerucut pada dua hal besar yaitu kompetensi dan karakter. Oleh karena itu, guru perlu merancang model, strategi, dan metode pembelajaran yang tepat guna menguatkan kompetensi sekaligus karakter anak, misalnya dengan pembelajaran berbasis projek,” kata Andi.
Pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang sesuai konteks, lingkungan, dan budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua dan komunitas sebagai mitra. Tujuan pembelajaran bukan semata untuk menyelesaikan materi pelajaran yang terdapat di buku atau kurikulum. Pembelajaran sejatinya untuk menyiapkan anak didik menjalani kehidupan yang sebenarnya. Oleh karena itu guru perlu menyelenggarakan pembelajaran sesuai kebutuhan dan dikaitkan dengan dunia nyata, lingkungan, dan budaya yang menarik minat peserta didik.
“Ki Hadjar Dewantara pernah manyampaikan, “perlulah anak-anak kita dekatkan hidupnya kepada perikehidupan rakyat, agar supaya mereka tidak hanya memiliki ‘pengetahuan’ saja tentang hidup rakyatnya, akan tetapi juga dapat ‘mengalaminya’ sendiri, dan kemudian tidak hidup berpisahan dengan rakyatnya”. Keempat prinsip tersebut adalah ruh dari pembelajaran. Ketika prinsip tersebut sudah diterapkan, guru tidak perlu terlalu merisaukan kurikulum apa yang digunakan. Apapun kurikulumnya, yang paling penting adalah prinsip pembelajarannya,” tutup Andi.