Kolaborasi Kuncinya
Bogor – Mengutip Jane Ripley, kolaborasi sejati adalah lingkungan yang mendorong komunikasi, pembelajaran, kontribusi maksimal, dan inovasi. Sebuah perusahaan perlu menyadari pentingnya kolaborasi untuk bersinergi sebagai salah satu nilai yang diusung.
Andi Ahmadi, Pengelola Sekolah Literasi Indonesia (SLI), mengatakan di era disrupsi seperti saat ini kolaborasi adalah kunci untuk mencapai tujuan bersama. “Meskipun secara makna ada sedikit perbedaan antara kolaborasi dan sinergi, menurut KBBI kolaborasi menjadi bentuk kerja sama untuk membuat sesuatu, sementara sinergi adalah melakukan kegiatan atau operasi gabungan. Ketika seorang karyawan ikut terlibat dalam aktivitas program di departemen lain, itu namanya bersinergi. Ketika dua departemen atau lebih merencanakan sebuah program yang akan dilakukan bersama untuk mencapai tujuan bersama, itu disebut berkolaborasi,” terangnya.
Pertanyaan besarnya adalah ketika karyawan melakukan kegiatan bersama (proses sinergi), apakah mereka sedang bekerja sama dan fokus mencapai tujuan bersama (proses kolaborasi)?
“Meskipun mudah diucapakan, tapi nyatanya membangun kolaborasi itu tidak semudah yang dibayangkan, ada banyak tantangan yang membat kolaborasi. dr. Suryani (2021) dalam tesisnya mengatakan bahwa setidaknya ada tiga faktor yang menghambat implementasi praktik kolaborasi interprofesi yaitu faktor individu, faktor kelompok, hingga faktor organisasi,” papar Andi.
Faktor individu seperti karakter, kompetensi dan komunikasi. Faktor kelompok seperti keterbatasan SDM baik secara kuantitas maupun kualitas dan hierarki/senioritas. Sedangkan faktor organisasi meliputi leadership, motivasi, kebijakan organisasi, serta fasilitas pendukung.
“Berdasarkan poin tersebut, dapat dimaknai bahwa dibutuhkan upaya serius dari semua pihak untuk membangun kolaborasi. Hanya mengandalkan inisiatif dari individu tentu saja tidak cukup, perlu didukung dengan adanya kebijakan perusahaan agar mendorong karyawan berkolaborasi,” tegas Andi.