Hakikat Penciptaan Manusia
Oleh: Mamluatul Lailiyah, Penerima Manfaat BAKTI NUSA
Jika berpikir tentang hakikat penciptaan kita sebagai manusia, hal yang paling awal ditelaah adalah, apa makna manusia itu sendiri.
Manusia, berasal dari bahasa serapan dari bahasa Arab, yaitu Al-Insan. Al-Insan dalam bahasa Arab, berupa kata jamak dari Nisyan. Nisyan bermakna tempatnya salah dan lupa. Dari definisi tersebut, dapat memberikan pemahaman bahwa hakikatnya seorang manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Maka sudah sewajarnya manusia itu mengingat jati dirinya dan memahami manusia lainnya sebagai tempat salah dan lupa. Sikap yang sejatinya muncul dari seorang manusia yang bisa memahami manusia lain adalah sikap memaklumi dan menyadari penuh bahwa keterbatasan adalah milik manusia.
Semua pemahaman tentang manusia yang mendalam ini, akan membawa manusia ke dalam dua hal utama, yaitu pencarian upaya penyempurnaan manusia, dengan segala keterbatasannya dan pemahaman tugas manusia setelah diciptakan.
Dalam upaya penyempurnaan manusia, akan ada beragam cara yang ditempuh. Salah satunya adalah mencari penciptanya. Pada tuntunan Islam, para penganutnya telah difasilitasi ilmu tentang siapa pencipta manusia itu sendiri. Ilmu tersebut termaktub dalam Al-Quran, dengan banyak ayat yang menerangkan pencipta manusia. Contohnya pada Al-Quran surah Faathir :11 menyebutkan bahwa “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani.”. Sudah jelas disebutkan bahwa pencipta manusia adalah Allah swt. Muslim mengagungkan-Nya dengan 99 Asmaul Husna. Setelah mengetahui penciptanya, manusia tertuntun untuk mencari tahu bagaimana proses penciptaan manusia. Lagi-lagi dalam kitab suci agama Islam tertulis bahwa proses penciptaan manusia dimulai dari sati pati tanah. Berikut rincian lengkapnya:
- Al-Mu’minun: 12-14:
(12) Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (13)Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). (14) Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik”.
Maka, kita percaya bahwa manusia itu berasal dari sari pati tanah, bertumbuh dari tanah dan kembali ke tanah. Namun, ilmu sains, menyebutkan bahwa manusia tercipta dari sperma dan sel telur. Terlihat seperti ada ilmu yang berbeda dari 2 sumber tersebut (kitab suci dan sains). Padahal, jika dimaknai lebih dalam, akan muncul 1 makna yang sama; Manusia tercipta dari sari pati tanah. Mengapa demikian? Karena manusia memerlukan makanan dan minuman untuk bertumbuh dan berkembang biak. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia, dapat berupa tumbuhan dan hewan (baik darat, ataupun air). Tumbuhan dan hewan yang dimakan manusia juga memerlukan makanan untuk tumbuh. Tumbuhan memerlukan unsur hara agar bisa berbuah dan sebagainya. Hewan juga memerlukan makanan yang berasal dari tumbuhan. Semua saling berhubungan. Jika tidak ada unsur hara yang berasal dari sari pati tanah, maka tidak akan ada tumbuhan yang dimakan oleh hewan dan manusia. Jika tidak ada tumbuhan maka tidak akan ada hewan sebagai makanan manusia. Intinya, tanpa unsur hara yang berasal dari sari pati tanah tidak akan ada tumbuhan hewan dan manusia. Maka tepatlah sudah jika kita meyakini bahwa manusia memang tercipta dari sari pati tanah, karena semua makanan dan minuman manusia mengandung sari pati tanah. Dalam tubuh manusia, sari pati tanah itu ada, bahkan pada sperma dan sel telur pun akan ada unsur dari sari pati tanah. Sari pati tanah yang ada di sperma dan sel telur inilah yang akan menjadi cikal bakal manusia baru.
Karena hakikatnya manusia tercipta dari sesuatu yang berada di bawah, yaitu tanah, maka tidak sepatutnya manusia bersombong ria atau bahkan merendahkan sesama makhluk hidup. Manusia yang sadar betul bahwa dirinya adalah mahkluk yang hina dan merupakan tempat salah dan lupa adalah manusia yang dapat memanusiakan manusia lainnya.
Ini yang pertama, pencarian upaya penyempurnaan manusia, dengan segala keterbatasannya. Kedua, adalah pemahaman tugas manusia setelah diciptakan. Penciptaan manusia bukan tanpa tujuan, ada tujuan tertentu di dalamnya. Q.S. Adz-Dzaariyat ayat 56 menerangkan tentang ini, bahwa “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
Telah jelas disebutkan tugas manusia adalah untuk beribadah. Namun, apa pentingnya beribadah bagi manusia? Apa keuntungannya bagi manusia? Begitu pentingkah untuk menjalan tugas beribadah ini?
Beribadah ada banyak kegiatannya, salah satunya adalah solat. Solat dapat menjauhkan manusia dari Fakhsya dan Mungkar. Fakhsya berarti suatu keburukan yang berasal dari hati, lalu Mungkar adalah suatu keburukan yang berasal dari tingkah laku. Maka dengan solat, manusia seharusnya terhindar dari fakhsya dan mungkar.
Ibadah lain yang dapat menjaga manusia adalah dengan berzikir, pada penelitian Masaru Emoto tentang Keajaiban Molekul air, menyebutkan bahwa, air yang telah dibacakan doa maka akan menunjukkan kristal yang paling indah dibandingkan air yang dibacakan kata-kata baik, apalagi kata-kata buruk. Hal ini menunjukkan bahwa, dengan berkata yang baik maka, molekul air akan berbentuk kristal yang paling bagus. Satu catatan yang perlu diperhatikan adalah, di dalam tubuh manusia juga terdapat molekul air. Dan molekul air di dalam tubuh manusia sama dengan molekul air yang dijadikan bahan penelitian Masaru Emoto. Tentunya hasilnya akan sama dengan penelitian Masaru Emoto. Maka, jika manusia terus dijaga untuk terus berdzikir dan berdoa, maka molekul air yang ada di dalam tubuh manusia akan membentuk kristal yang paling indah. Oleh karena itu, beribadah, seperti solat dan berdzikir adalah baik untuk manusia. Tentunya, Allah lebih tahu yang terbaik bagi manusia, makhluk yang diciptakan-Nya.
Dengan semua kebaikan Allah, maka sudah sepantasnya manusia mulai menyempurnakan ibadahnya. Salah satu cara menyempurnakan ibadah adalah dengan mengetahui syarat ibadah yang baik. Syarat ibadah yang baik ada dua hal yaitu, Niat karena Allah, dan tidak melanggar syariat.
Oleh karena itu mari kita pahami hakikat penciptaan manusia. Dan selalu mengingat asal kita. Agar, kita sebagai seorang manusia dapat menjadi manusia yang sadar betul tujuan dan jalan hidupnya. Semoga kita selalu dalam kebaikan. Aamiin.