Dede dan Semangatnya Terapkan Kebersihan Sekolah di Pelosok Riau
Nunusan – Pada 2017 lalu Dede Agus Salim Rahman, alumni Konsultan Relawan Sekolah Literasi Indonesia (Kawan SLI), berkesempatan mengajar sekaligus membersamai sebuah sekolah di Dusun Nunusan, Desa Rantau Langsat, Kecamatan Batang Gansal, sebuah daerah yang dihuni suku asli Talang Mamak dan Suku Melayu Tua.
Menurut Dede tempat tinggal suku-suku ini jauh dari perkotaan sehingga masih memerlukan pendampingan dari segi pendidikan, salah satunya SDN 004 Rantau Langsat di Dusun Nunusan, Kecamatan Batang Gansal, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. “Dusun Nunusan terletak di tengah hutan belantara tanpa ada jaringan sinyal memadai. Sampan menjadi moda tranportasi menuju ke sana karena pemukiman warga berada di tepian sungai Batang Gansal,” ujar Dede.
“Jarak tempat saya tinggal tidak begitu jauh dari sekolah, sekitar 15 meter. Di kampung itu hanya ada 17 rumah, warganya hidup berkelompok, hidup dibatasi hutan kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh. Masyarakat yang tinggal di kawasan itu pun tidak terlalu banyak jumlahnya. Namun, kondisi sekolahnya tak layak, terdapat dua kelas di mana dindingnya dipenuhi bekas tanah liat menempel. Selain itu, jumlah siswa hanya ada 20,” ungkap Dede.
Dengan kondisi siswa hidup di bawah garis kemiskinan maka tak heran mereka tidak memiliki seragam dan sepatu, beberapa anak tak memiliki buku bahkan alat tulis harus meminjam teman. Ketika berangkat sekolah sebagian besar siswa tidak mandi, baju yang digunakan jauh dari kata layak pakai, dan mereka tidak memakai alas kaki ke sekolah.
“Akibat tidak memakai alas kaki ke sekolah, alhasil kelas mudah kotor. Terlebih ketika hujan, kelas akan penuh tanah dan lumpur. Melihat kondisi tersebut, saya membuat kesepakatan bersama guru dan siswa tentang menjaga kebersihan, baik kebersihan lingkungan sekolah, kelas maupun diri siswa,” terang Dede.
Setiap pagi sebelum sekolah dimulai Dede mengumpulkan para siswa di halaman sekolah, tujuannya untuk mendisiplinkan siswa dari segi kehadiran, kebersihan badan, dan pakaian. “Hal ini tidak mudah diterapkan, di awal peraturan diberlakukan, pelaksanaannya tidak maksimal sebab masih banyak yang belum taat. Dari kondisi tersebut, saya berinisiatif menerapkan hukuman bagi siswa yang tidak mandi dan tidak berpenampilan rapi, kukumannya mengambil sampah sebelum masuk ke dalam kelas,” kata Dede.
.
Tak hanya menerapkan disiplin pada siswa, Dede juga berusaha melibatkan orang tua ambil peran di sekolah, sebab menurutnya orang tua memiliki peran sangat penting sebagai kontrol utama kedisiplinan, kebersihan, dan tumbuh kembang anak.
“Pendekatannya melalui kegiatan parenting, di forum tersebut saya berkesempatan memberikan pesan-pesan positif tentang nilai kebersihan dalam mewujudkan anak sehat, rapi dan berprestasi. Semenjak adanya sinergi bersama orang tua, kebersihan dan kerapian berangsur membaik. Orang tua mulai lebih memperhatikan kebersihan dan kerapian anaknya sebelum berangkat sekolah. Tidak hanya itu para orang tua sepakat membuat toilet apung dekat sekolah guna menjaga kebersihan sekolah beserta lingkungan,” tutur Dede berkaca-kaca.
Dede bersyukur, pasca mengabdi kesadaran siswa dan orang tua menjaga kebersihan diri dan lingkungan sudah terbangun, ia berharap kebiasaan baik ini bisa ditiru dusun lainnya.